Bengkulu (ANTARA News) - Badan Meterologi Klimatologi dan Geiofisika (BMKG) menegaskan bahwa kenaikan suhu udara di kawasan pesisir pantai barat Sumatera tidak berkaitan dengan gempa.

Suhu udara panas terjadi akibat pemanasan permukaan laut, sedangkan gempa dihasilkan dari pergerakan patahan bumi, kata Kepala Seksi Operasional dan Informasi BMKG pada Stasiun Klimatologi Kls II Pulau Baai Bengkulu Sudiyanto, Kamis.

Pernyataan Sudiyanto sekaligus untuk membantah kabar yang berkembang di masyarakat Bengkulu bahwa suhu panas akan memicu gempa bumi, sementara keduanya tidak berkaitan.

Menurutnya, suhu ekstrem yang sekarang terjadi dipicu oleh pemanasan permukaan laut di wilayah Khatulistiwa bagian selatan karena pergerakan bumi sangat dekat dengan matahari.

Sedangkan gempa bumi timbul karena pergeseran lempeng bumi dan patahannya berada di kawasan pantai barat Sumatera termasuk Bengkulu.

Masyarakat diimbau untuk tidak percaya begitu saja terhadap isu yang belum tentu benar, mekipun Sudiyanto mengingatkan agar masyarakat tetap waspada karena Bengkulu daerah rawan gempa.

Menurut para pakar, katanya, lempeng Mentawai masih sangat aktif dan masih menyimpan energi getaran yang cukup besar, tapi kapan waktunya bergerak sampai saat ini tidak satu pun yang bisa meramalkan.

Bencana gempa bumai yang melanda Sumatera Barat beberapa bulan lalu dengan getaran diatas 7 skala richter berasal dari patahan Siberut, bukan patahan Mentawai.

Untuk mengantisipasi bencana gempa di Bengkulu dipasang alat sirine di dua titik dalam Kota Bengkulu yaitu di Kantor Gubernur dan sport center kawasan Pantai Panjang Bengkulu.

Sirine itu dari BMKG tapi mengelolaannya diserahkan ke Pemprov Bengkulu yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Setiap bulan alat itu dicek fisik dan dihidupkan.

Bila terjadi gempa bumi dan berpotensi tsunami, alat itu akan dibunyikan bila dalam waktu 1-15 menit tidak dioperasikan oleh Pemprov Bengkulu, pusat akan mengambil alih untuk menghidupkannya, katanya.

(T.Z005/N002/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010