Apakah kalian menyadari bagaimana seluruh India, semuanya berdiri menentang pelarangan petasan? Hal ini layaknya wujud seruan perang bagi kebebasan Hindu
Chennai (ANTARA) - Ratusan juta warga di wilayah India bagian utara harus menghirup udara beracun pada Minggu, sehari setelah perayaan Diwali, atau festival cahaya dalam ajaran Hindu, usai orang-orang yang merayakannya menentang larangan pembakaran petasan.

Di Kota New Delhi, misalnya, asap pekat melingkupi udara, dengan tingkat polusi rata-rata di area ini mencapai sembilan kali lipat dari ambang aman menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kepala Menteri di wilayah Ibu Kota Delhi, Arvind Kejriwal, sebelumnya telah melarang penjualan dan penggunaan petasan menjelang hari perayaan tersebut, namun kebijakan tersebut sulit diberlakukan.

Baca juga: India larang penjualan petasan sebelum Festival Diwali
Baca juga: Tokoh etnis India minta pemerintah berikan libur nasional


Masyarakat di ibu kota membakar petasan dalam jumlah besar demi merayakan festival ini dengan meriah, sejak Sabtu (14/11) hingga Minggu dini hari.

Polusi udara di New Delhi biasanya memburuk pada Oktober dan November karena dua bulan ini merupakan masa pembakaran limbah pertanian yang ditambah dengan asap buangan pembangkit listrik tenaga batu bara dari wilayah sekitar, gas buang kendaraan, serta kurangnya angin.

Belum lagi, wabah COVID-19 yang terus terjadi, dengan lebih dari 400.000 kasus terkonfirmasi di New Delhi saja, juga menambah risiko kesehatan yang disebabkan oleh asap polusi--dan dokter memperingatkan mengenai peningkatan tajam kasus gangguan pernapasan.

Menurut data pemerintah yang dianalisis oleh Reuters, kota-kota di sejumlah negara bagian di India, termasuk Punjab, Uttar Pradesh, Haryana, Bihar, serta New Delhi, mempunyai tingkat polusi udara yang lebih parah setelah Diwali tahun ini dibandingkan tahun lalu.

Indeks kualitas udara rata-rata yang diukur di lokasi berbeda di kota-kota utama beberapa negara bagian tersebut juga menunjukkan peningkatan, lebih tinggi dari pada tahun lalu, berdasarkan data Central Pollution Control Board.

Sejumlah tokoh Hindu, melalui cuitan di Twitter, mencela aktivis dan pesohor yang mempromosikan larangan penggunaan petasan dengan menyebut hal itu sebagai serangan terhadap kebebasan mereka dalam beragama.

"Apakah kalian menyadari bagaimana seluruh India, semuanya berdiri menentang pelarangan petasan? Hal ini layaknya wujud seruan perang bagi kebebasan Hindu," tulis Tarun Vijay, pemimpin senior di Partai Bharatiya Janata--yang menaungi Perdana Menteri Narendra Modi.

Sumber: Reuters

Baca juga: Sambut Diwali, WorldRemit bagi-bagi hadiah!
Baca juga: Priyanka Chopra bersama Nick Jonas rayakan Diwali pertama mereka

Penerjemah: Suwanti
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020