Solo (ANTARA News) - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Taufiq Kiemas, bersama empat orang wakilnya bersilaturahmi dengan Ustad Abu Bakar Baasyir di Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis.

Taufiq Kiemas didampingi empat Wakil Ketua MPR yakni Melani Leimana (Partai Demokrat), Hajriyanto Y. Thohari (partai Golkar), Ahmad Farhan Hamid (unsur DPD), dan Lukman Hakim Saifuddin (PPP) melakukan dialog dengan pengasuh Pondok Pesantren Ngruki Ustad Abu Bakar Baasyir.

"Kami datang berkunjung ke Pondok Ngruki hanya bersilatuhrami untuk melakukan dialog, setelah kunjungan kerja rombongan MPR di Yogyakarta," kata Taufiq Kiemas.

Sementara Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid mengatakan, Ustad Abu Bakar Baasyir ini seorang tokoh yang disegani dan berpengaruh di Pondok Pesantren Ngruki sehingga dialog soal bernegara ini dianggap sangat penting.

Menurut dia, pertemuannya dengan pengasuh pondok tersebut untuk menyamakan pikiran tentang memajukan bangsa ini.

Meskipun, lanjut dia, ada satu dua pandangan mereka yang mempunyai perbedaan, tetapi antara kedua belah pihak saling mengetahui dan mempelajari masing-masing.

"Keduanya diharapkan mempunyai pandangan yang sama untuk memajukan bangsa ini, berjalan dengan baik dan aman," katanya.

Selain itu, pihaknya juga menampung semua pikiran-pikiran yang jelas dan tegas disampaikan oleh pengasuh pondok tentang bagaimana prinsip bernegara berdasarkan keyakinan mereka.

Namun, lanjut dia, semua masukan mereka dihimpun dan disesuaikan dengan pandangan para tokoh masyarakat di Indonesia.

Sementara Wakil Ketua MPR dari Partai PPP Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, dalam pertemuannya dengan Ustad Abu Bakar Baasyir secara tegas berkomitmen bagaimana negara ini dapat lebih baik.

Selain itu, Abu Bakar Baasyir juga secara tegas tidak setuju adanya kekerasan dengan cara pengeboman yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Ustad Baasyir tidak sepaham cara-cara yang dilakukan dengan kekerasan. Sehingga, mereka menyangkal tuduhan bahwa ustad atau Pondok Ngruki dikatakan teroris," katanya.

Menurut dia, pertemuan tersebut mencari titik kesamaan cara-cara bernegara dan untuk memajukan bangsa ini.

Sementara Abu Bakar Baasyir mengatakan, cara kekerasan seperti pengeboman itu dilakukan jika negara ini diserang musuh dengan bersenjata.

Namun, jika negara atau Islam diserang dengan pikiran maka dibalas dengan cara dakwah, katanya.
(BDM/B010)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010