kreativitas mereka tidak mati akibat pandemi
Jakarta (ANTARA) - Kompetisi lukis pada "UOB Painting of the Year 2020", diwarnai dengan karya-karya bertemakan wabah COVID-19, baik berupa ungkapan keprihatinan maupun optimisme dalam menghadapi pandemi ini.

Termasuk pemenang dari kompetisi ini, Prabu Perdana, seniman asal Bandung berusia 36 tahun ini menciptakan lukisan bertemakan "Isolated Garden" atau taman yang terisolasi.

Prabu Perdana menceritakan karya lukisnya itu merefleksikan tema solidaritas dengan menggambarkan kesadaran untuk menjaga jarak di tengah pandemi yang tengah berlangsung.

Karya-karya mereka ke depannya bisa menjadi peninggalan untuk mengingatkan kepada generasi penerus bahwa di Indonesia pernah terjadi wabah yang mempengaruhi kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.

Prabu kembali menjelaskan mengenai lukisan yang dibuatnya lebih menekankan pentingnya kebersamaan dan persatuan, bahkan saat kita memperoleh kekuatan dari kesendirian di tengah jarak sosial untuk mengatasi pandemi ini.

Hal ini juga melambangkan harapan bahwa di tengah ketidakpastian yang disebabkan COVID-19, kita harus tetap tangguh dalam solidaritas untuk menghadapi masa depan.
Dewan Juri UOB Painting of the Year 2020 yang menyebutkan hampir semua karya yang masuk bertajuk mengenai pandemi COVID-19 (Foto ANTARA/ Ganet Dirgantoro)


Prabu mengatakan sebagai perupa profesional, dirinya merasa terhormat memenangkan penghargaan ini dan berharap dapat mewakili Indonesia untuk bersaing mendapatkan penghargaan di tingkat Asia Tenggara.

Prabu mengaku kalau dirinya terus mengikuti perkembangan kompetisi ini dan tahun ini merupakan keempat kalinya berpartisipasi. Kemenangan ini sangat berkesan bagi karena momentum ini berlangsung di tengah pandemi global yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca juga: Pelukis Jumaldi Alfi jadikan masa pandemi sebagai momen kontemplasi

Karya seni Prabu Perdana telah memberi kesan tersendiri bagi para juri yang terdiri dari para praktisi seni rupa Indonesia, yaitu Dr Agung Hujatnikajennong, kurator seni independen dan dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung; Asikin Hasan, kurator Salihara dan anggota Dewan Kurator Galeri Nasional Indonesia; dan Ay Tjoe Christine, salah satu perupa wanita kontemporer terkemuka di Indonesia yang karyanya telah dipamerkan di Asia, termasuk retrospektif besar di Museum of Contemporary Art di Kanazawa, Jepang pada 2018.

Sebagai pemenang kompetisi, Prabu Perdana mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp250 juta. Karya seninya akan bersaing dengan pemenang dari Malaysia, Singapura dan Thailand untuk penghargaan UOB Southeast Asian Painting of the Year yang akan diumumkan pada 3 Desember 2020.

Ia juga berkesempatan untuk memenangkan program residensi di Fukuoka Asian Art Museum.
 
Kategori Perupa Pendatang Baru , Michelle Felicia Darmawan dengan karyanya yang berjudul "This Too Shall Pass" (Foto ANTARA/ Ganet Dirgantoro)


Kategori Perupa Pendatang Baru , Michelle Felicia Darmawan yang berusia 17 tahun memenangkan penghargaan sebagai artis paling menjanjikan di tahun 2020 untuk karyanya yang berjudul "This Too Shall Pass" atau ini segera berlalu.

Karya seni tersebut mewakili situasi pandemi yang tidak pasti dan dampak yang ditimbulkan. Masyarakat di seluruh dunia dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hidup mereka, dan tetap menghadapi masa yang sulit dengan semangat yang gigih.

Bagi mereka yang melihat ketidakpastian sebagai kemunduran, mereka mungkin akan merasa putus asa dan lelah. Michelle berharap lukisannya tidak hanya menjadi catatan masa-masa sulit bagi mereka yang menghadapi gejolak batin, tetapi juga sebagai pengingat bahwa situasi ini akan berlalu.

Menghubungkan
Hendra Gunawan, Presiden Direktur UOB Indonesia, mengatakan kompetisi ini merupakan wadah untuk menghubungkan perupa lokal dengan lebih banyak peluang di pentas seni regional dan internasional.

Hendra melihat karya seni Indonesia memiliki kaliber tinggi yang diciptakan oleh banyak perupa berbakat, termasuk para alumni pemenang UOB Southeast Asian Painting of the Year dan harapannya akan lebih banyak lagi perupa berbakat Indonesia yang memperoleh pengakuan atas prestasi mereka.

Baca juga: Menhan: seni lukis "bela negara" tingkatkan nasionalisme

Di tengah ketatnya pembatasan jarak fisik, tahun ini kompetisi ini dihadirkan melalui portal daring bagi para peserta agar dapat mengirimkan karya mereka dengan mudah dan aman selama kurun waktu 14 Agustus hingga 18 Oktober 2020.

Hal ini dilakukan untuk menjangkau lebih banyak peserta di seluruh Indonesia. Acara penghargaan virtual yang diadakan hari ini juga dapat diakses oleh publik di Indonesia maupun dari luar negeri.

Kondisi perupa tanah air di tengah pandemi ini memang serba sulit. Pameran sebagai sumber penghasilan saat ini sulit dilaksanakan, salah satu caranya dilaksanakan secara virtual.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid menyatakan dapat memahami kesulitan yang dihadapi pekerja seni selama pandemi. Untuk itu, pemerintah sudah memiliki program berupa bantuan langsung, juga tengah dirancang skema lain misalnya pengadaan insentif modal.

Salah satu program Kemendikbud yang telah berjalan untuk mendukung kehidupan para seniman di tengah pandemi yakni melalui pameran daring "Solidaritas Perupa Indonesia Lawan Corona".

Kegiatan ini merupakan proyek pameran seni dengan sistem open call. Para seniman diharapkan mengumpulkan karya dua atau tiga dimensi bertema cara bertahan hidup dalam masa pandemi COVID-19. Penyelenggara pameran akan mengalokasikan dana Rp4 juta untuk setiap seniman yang lolos proses seleksi.

Hal ini kemudian tercermin dalam pameran-pameran seni berikutnya, tema-tema pandemi COVID-19 kerap menghiasi lukisan yang dihasilkan oleh para perupa.

Gambaran pandemi juga dapat dilihat dari karya-karya yang menjadi pemenang di ajang "UOB Painting of the Year 2020" selain Prabu Perdana dengan judul "Isolated Garden", juga ada Danni Febriana dengan judul "Dialogue with the other", Farhan Siki dengan judul "On the way", Etza Meisyara dengan judul "Eternal Duality dan Enka Komariah dengan judul "Doa Kami".

Kemudian untuk kategori pendatang baru yakni Michelle Felicia Darmawan dengan judul "This Too Shall Pass", Salsabila Yasmin dengan judul "Scheming Visions", Agapitus Ronaldo dengan judul "Kerinduan" dan Desta Aji Saputra dengan judul "Ayo. Ayo. Ayo!".

Kesempatan
Perupa senior yang juga ketua dewan juri agenda itu, Agung Hujatnikajennong mengatakan kompetisi ini memberikan harapan bagi perupa yang selama pandemi ini mengalami kesulitan untuk bertahan hidup.

Dengan kegiatan ini, jelas Agung, selain menjadi jawaban terhadap himpitan akibat pandemi juga membuat para seniman untuk kembali berkarya. Hal ini ditandai dengan membludaknya karya-karya yang masuk bahkan melebihi kompetisi serupa tahun 2019.

Baca juga: Pelukis Indonesia raih penghargaan lukis UOB

Agung mengatakan para seniman lukis ini mampu memperlihatkan kreativitas mereka tidak mati akibat pandemi. Bahkan sebagian karya mengangkat tema-tema berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat akibat pandemi.

Menyoroti karya Prabu Perdana yang memenangkan kompetisi tingkat nasional ini, Agung mengatakan sebagai pelukis realistik, dia mampu merespon tema solidaritas secara kuat dan puitis.

Digarap dengan pendekatan realistik yang memadai, secara sekilas Isolated Garden seperti tengah menampilkan sebuah idiom yang tergolong ‘klasik’ dalam seni lukis, yaitu lansekap (pemandangan alam).

Meski cukup jelas bagaimana objek-objek di dalamnya ditata secara seksama, lukisan ini meninggalkan kesan gambaran dunia pascaapokalips atau pascapandemi.

Dari karya-karya yang masuk menunjukkan gambaran mengenai pandemi di tengah masyarakat. Di tangan seniman seni rupa, mereka mampu mengungkapkan sesuai dengan kreativitas masing-masing.

Karya-karya ini akan menjadi pengingat agar ke depan, masyarakat Indonesia khususnya lebih waspada terhadap penyakit. Dampak yang ditimbulkan wabah COVID-19 ini sangat luar biasa bisa dituangkan dalam karya-karya seni lukis para seniman ini.

Tentunya dengan berjalannya usia karya-karya ini akan semakin mahal di tangan kolektor seni, apalagi terdapat kisah mengenai pandemi yang berawal dari Wuhan hingga sampai ke Indonesia.

Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020