Bantaeng, Sulsel (ANTARA News) - Panen padi jenis hibrida yang menggunakan benih Intani-2 milik kelompok tani Lasiledo, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, menghasilkan 10,35 ton gabah kering panen (GKP) atau 8,96 ton/ha gabah kering giling (GKG).

Panen raya yang berlangsung, Rabu, tersebut disaksikan kelompok tani dari Kabupaten Maros, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Bantaeng Suharini Harsoyo, Camat Bantaeng Nurhasni dan sejumlah pejabat dan kelompok tani di daerah ini.

Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten I, Muslimin berharap keberhasilan panen ini bisa menjadi contoh bagi petani lainnya untuk mengembangkan usaha taninya.

Kebijakan pertanian di Kabupaten Bantaeng diarahkan pada peningkatan produksi, termasuk penyediaan bibit unggul dan kesiapan petugas penyuluh.

Penanaman padi non hibrida selama ini hanya menghasilkan 4-5 ton/ha. Sedang padi hibrida bisa menghasilkan dua kali lipat. Karena itu, perlu diintensifkan agar penghasilan petani bisa lebih baik.

Selain itu, pengembangan melalui teknologi diharapkan akan menjawab tantangan krisis pangan dunia. Dengan kondisi seperti itu, tidak tertutup kemungkinan produksi padi kita dapat dipasarkan di luar negeri.

Pengembangan pertanian yang dilakukan selama ini telah berhasil meningkatkan pendapatan. Terbukti dengan tingginya loan to deposit (LDR) dan pertumbuhan ekonomi daerah yang berada di atas rata-rata Sulsel.

LDR perbankan di daerah berjarak 120 kilometer arah selatan Kota Makassar mencapai 130 persen dengan pertumbuhan ekonomi 6,73 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi Sulsel hanya 6,2 persen.

Pertumbuhan yang baik itu diharapkan dapat menjadi pemicu daerah berjuluk Butta Toa ini menjadi pusat ekonomi baru di bagian selatan Sulsel.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan yang diwakili Kepala Bidang Tanaman Pangan, Azis mengatakan, pada musim tanam Oktober/Maret (2009/2010) luas tanam mencapai 7.500 Ha.

Dari jumlah tersebut, 1.500 ha diantaranya menggunakan padi jenis hibrida Intani-2 dan Sembada. Sedang pada musim tanam 2010 juga direncanakan memanfaatkan lahan yang sama untuk hibrida dan non hibrida.

Ia mengakui, selama ini pihaknya kewalahan penyediaan bibit unggul karena sebagian belum terakreditasi. "Sudah banyak kelompok tani yang berteriak minta benih, namun hingga kini belum tersedia," urainya.

Untuk mengantisipasi kelangkaan benih, pihaknya terus melakukan pembibitan berbasis teknologi.

Market Development PT Tanindo Intertraco Area Sulsel, Riswandi mengatakan, bila perlakuan hibrida dilakukan sesuai petunjuk, akan menghasilkan anakan 30 hingga 40 batang.

Jumlah tersebut masih bisa berkembang bila jarak tanamnya lebih renggang. Meski begitu, ia tidak menganjurkan petani melakukan penanaman yang lebih renggang karena dikhawatirkan berpengaruh pada produksi buah padi yang bisa mencapai 12,5 ton/ha.

Keunggulan lainnya, jenis Intani-2 juga memiliki batang yang lebih kokoh sehingga tidak mudah roboh. Ia berharap, petani tetap menggunakan pupuk lengkap agar hasilnya bisa sesuai harapan. (AAT/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010