Jakarta (ANTARA) - SKK Migas masih mengandalkan Blok Rokan untuk mencapai produksi 1 juta BOPD (barel minyak per hari) dan gas 12 BSCFD (milyar kaki kubik per hari) di tahun 2030, karena memiliki potensi cadangan yang besar.

Keterangan tertulis SKK Migas, di Jakarta, Selasa, menyebutkan Penasihat Ahli SKK Migas Satya Widya Yudha dalam FGD kemarin (23/11) menyebutkan potensi cadangan minyak dari WK Rokan diperkitakan masih 2 miliar barel.

“Memperhatikan potensi yang ada, maka WK Rokan akan tetap menjadi tulang punggung produksi migas nasional dalam kurun waktu yang lama, melalui lapangan existing, optimalisasi lapangan, optimalisasi metode waterflood, steamflood, serta chemical EOR. Jadi wilayah kerja ini juga akan menjadi andalan untuk mendukung target produksi 1 juta barel di tahun 2030,” ujar Satya.

Baca juga: Pertamina percepat transisi data eksplorasi dan eksploitasi Blok Rokan

Melihat peluang tersebut, SKK Migas berupaya agar masa transisi Blok Rokan yang bakal dikuasai Pertamina pada 2021 dapat berjalan lancar. Upaya tersebut tidak hanya transisi terkait kegiatan operasi produksi namun soal krusial perizinan terkait tanah.

“Dalam identifikasi SKK Migas, ada tanah yang akan menjadi lokasi pemboran namun belum tersertifikasi sebagai milik CPI (Chevron Pacific Indonesia), ada pula tanah yang masih dimiliki masyarakat. Kesiapan perizinan mutlak dilalui karena peralatan pemboran walaupun sudah ready akan terkendala jika tanah yang menjadi lokasi pemboran masih dikuasai pihak lain maupun status legalitasnya belum jelas”, kata Kepala Divisi Formalitas SKK Migas Didik S. Setyadi.

Untuk itu pihaknya saat ini mendorong agar perizinan tetap melekat di operator yang lama. “Melalui ODSP (One Door Service Policy), SKK Migas bersama CPI akan menyelesaikan izin-izin yang masih terbengkalai, hal ini bertujuan agar saat menunggu operator baru masuk, kegiatan operasi tidak terhenti. Tanggal 26 November 2020, daftar perizinan yang dibutuhkan oleh CPI sudah harus final,” katanya.

Baca juga: PGN dorong perekonomian daerah dari proyek pipa minyak Blok Rokan

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Divisi Pengadaan SKK Migas, Erwin Suryadi. “SKK Migas telah memiliki pengalaman mendampingi alih kelola WK non-Pertamina ke Pertamina. Setiap kasus kami jadikan pembelajaran, sehingga pada saat mengelola alih kelola WK Rokan, kami yakin investasi tetap bisa dilaksanakan,” katanya.

Para narasumber dalam FGD melihat usaha peningkatan produksi Blok Rokan dapat direalisasi apabila terdapat kecukupan investasi yang dibutuhkan.

Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada, Fahmi Rady berharap Pertamina fokus menumpukan kekuatannya di Blok Rokan yang potensinya masih sangat besar dan sudah pasti hasilnya.

Sementara Pengamat hulu migas lainnya, Abdul Muin menambahkan bahwa cara meningkatkan produksi migas di Blok Rokan adalah melalui investasi yang agresif dan harus direalisasikan sesuai komitmen.

“Maka jika Pertamina kesulitan terkait biaya investasi, sebaiknya membuka opsi untuk bekerja sama dengan perusahaan lain. Hal ini jamak dilakukan industri hulu migas, karena juga akan berbagi risiko dan berkolaborasi sesuai keunggulan masing-masing,” kata Muin.

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020