Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan perlunya penggunaan bahasa yang lebih praktis dalam mengenalkan kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (litbangjirap) agar lebih mudah diingat dan dimengerti masyarakat umum.

"Biarkanlah litbangjirap menjadi bahasa hukum, bahasa di peraturan. Dalam pembicaraan sehari-hari atau dalam diskusi kita pakai riset dan inovasi. Kalau memang akan disingkat bisa Risnov, karena riset adalah proses atau input, dan inovasi adalah output, jadi kita bicara hulu sampai hilir juga," kata Menristek Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Senin.

Menristek dalam penutupan rapat kerja Kementerian Riset dan Teknologi tahun 2020 dengan tema "Membangun Ekosistem Inovasi" yang berlangsung selama 26-27 November 2020 di Yogyakarta, mengatakan penggunaan istilah litbangjirap perlu disederhanakan menjadi riset dan inovasi.

Pada rapat kerja itu, diusulkan perubahan Prioritas Riset Nasional (PRN) menjadi Prioritas Riset dan Inovasi Nasional (PRIN) yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kegiatan yang menjadi fokus bukan hanya tentang riset (input), melainkan juga inovasi (output).

Baca juga: Menristek dorong penguatan ekosistem riset dan inovasi nasional

Baca juga: Sinergikan riset dan inovasi nasional untuk hasil lebih unggul


Riset dan inovasi ke depan harus diarahkan ke arah keseimbangan memperhatikan demand pull dan supply push yang dibutuhkan di Indonesia.

"Lebih penting adalah menemukan ekuilibrium (keseimbangan), dilihat mana yang lebih tepat antara demand pull atau supply push. Perlu diperhatikan juga after sales quality control agar produk yang dihasilkan terus berkelanjutan, karena kualitas produk yang dihasilkan akan berpengaruh pada kepercayaan," ujar Menristek Bambang.

Dia mengatakan perubahan strategi pemasaran produk juga diperlukan di mana perlu ada upaya lebih sering mengekspos dan meluncurkan produk-produk yang sudah dihasilkan komunitas riset dan inovasi.

Upaya itu bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa peneliti, perekayasa, dan dosen di Indonesia telah banyak menemukan dan menghasilkan produk inovasi.

"Jangan sampai kita kehilangan momen, perlu dipercepat sehingga positioning atas produk dapat menjadi leader, bukan follower. Kita harus agresif untuk ekspos produk yang paling tidak sudah jelas prototipenya dan sudah punya prospek untuk dikomersialkan. We have to be a leader untuk inovasi di Indonesia sendiri," tutur Menristek Bambang.*

Baca juga: Riset vaksin tiga institusi masuk tahap pra-klinis

Baca juga: IKA ITS inisiasi hilirisasi hasil riset

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020