Papua memiliki cadangan sagu terbesar di Indonesia yang belum dikembangkan. Dengan 5 juta hektare hutan Papua, jika dikembangkan secara berkelanjutan ini akan menjadi ketahanan pangan yang besar...
Jakarta (ANTARA) - Dengan cadangan sagu yang besar di Papua, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) menilai sagu dapat menjadi pilar ketahanan pangan untuk Indonesia.

"Papua memiliki cadangan sagu terbesar di Indonesia yang belum dikembangkan. Dengan 5 juta hektare hutan Papua, jika dikembangkan secara berkelanjutan ini akan menjadi ketahanan pangan yang besar untuk Indonesia," ujar Head of Business Development and Corporate Planning ANJ, Imam Wahyudi dalam diskusi bertajuk "Quo Vadis Industri Sagu Indonesia?," di Jakarta, Kamis.

Kendati demikian, menurut dia, pengembangan sagu di Papua masih memiliki risiko dan tantangan besar, di antaranya infrastruktur, listrik, jaringan internet hingga isu sensitif mengenai Papua.

Baca juga: Kemenko Perekonomian: Pemanfaatan sagu di RI masih minim

"Saat ini industri sagu masih disubsidi oleh industri kami yang lain yaitu kelapa sawit, yang kami lakukan untuk mengembangkan industri sagu adalah kita membangun laboratorium riset dan mengaplikasi tepung sagu ke industri," paparnya.

Sebagai perusahaan yang bergerak dalam sektor perkebunan,  pihaknya juga gencar melakukan edukasi kepada masyarakat baik melalui sosial media dan buku.

"Kami mencoba untuk menembus pasar ekspor dalam waktu dekat dan juga peningkatan volume produksi dan efisiensi biaya produksi agar industri sagu ini bisa dilakukan secara berkelanjutan dan juga memberikan profit buat industri," ucapnya.

Baca juga: Menperin: Peningkatan pengolahan sagu jadi program prioritas

Baca juga: Kemenperin genjot hilirisasi sagu dukung ketahanan pangan


Sebagai perusahaan, ia mengatakan, tentunya bukan hanya visi untuk memajukan ekonomi daerah dan masyarakat, tetapi juga tetap juga harus dapat memberikan profit.

"Kami mengapresiasi pemerintah, infrastruktur jalan, listrik, telekomunikasi, pelabuhan, dan akses transportasi laut masuk dalam grand design pembangunan sagu terpadu dan berkelanjutan. Jika ini bisa dilakukan maka biaya logistik akan bisa dikurangi," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, pihaknya berharap Perum Bulog dapat membeli sagu di lokasi produksi sesuai dengan harga keekonomiannya dan dapat didistribusikan kepada masyarakat luas, serta adanya insentif fiskal.

"Kami harapkan juga ke depannya proses pembukaan lahan di Papua menjadi lebih lancar," katanya.

Baca juga: Bulog bakal bangun pabrik pengolahan sagu di 20 wilayah
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020