Mataram (ANTARA) - DPD Asosiasi Perjalanan Indonesia (Asita) Nusa Tenggara Barat berharap pemerintah provinsi memprioritaskan pendistribusian vaksin COVID-19 kepada pelaku pariwisata karena sektor tersebut paling merasakan dampak semenjak kasus itu masuk ke Tanah Air.

"Ini harapan kita, vaksin COVID-19 juga diutamakan kepada pelaku wisata. Jangan wisatawan sudah divaksin tapi pelaku belum divaksin," ujar Ketua DPD Asita NTB Dewantoro Umbu Joka di Mataram, Jumat.

Baca juga: AstraZeneca setuju kombinasikan komponen Sputnik V untuk vaksin COVID

Ia mengatakan kehadiran vaksin tidak hanya diharapkan untuk melandaikan kurva penambahan kasus tapi juga memulihkan banyak sektor usaha, salah satunya dunia pariwisata.

"Kami di sektor pariwisata sudah cukup menderita selama pandemi COVID-19. Tentunya kami sangat menyambut baik dengan adanya vaksin. Karena dengan adanya vaksin, pastinya ekonomi bisa kembali pulih, terlebih lagi NTB sudah ditetapkan sebagai destinasi superprioritas nasional," ucap Dewantoro Umbu Joka.

Baca juga: Jubir vaksinasi: Terapkan 3M meskipun vaksin sudah ada

Umbu menilai, vaksinasi akan mendukung upaya pemerintah yang tengah mulai menghidupkan kembali aktivitas ekonomi di sektor pariwisata.

"Kami sangat mendukung program pemerintah seperti kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan (CHSE) agar fokus juga mengenai kesehatan dan konsumen kita tetap menjaga kesehatan," katanya.

Baca juga: Riau akan dapat empat juta vaksin COVID-19

Sebelumnya Pemerintah Provinsi NTB direncanakan mendapat jatah sebanyak 50 vaksin COVID-19 di tahap pertama.

Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr Nurhandini Eka Dewi, mengatakan di tahap pertama ini vaksinasi diprioritaskan kepada tenaga kesehatan, personil TNI/Polri, Sat Pol PP dan ASN yang jumlahnya mencapai 50 ribu orang.

"Untuk tenaga kesehatan ini baik yang ASN maupun non ASN, termasuk petugas kesehatan yang magang di Puskesmas dan rumah sakit itu semua menjadi prioritas utama, karena mereka berada di garis terdepan," ujarnya.

Vaksinasi di tahap pertama ini, kata dr Eka sapaan akrabnya baru dilaksanakan di bulan Januari 2021. Namun, kapan tanggal pastinya, dr Eka belum bisa memastikannya.

"Kenapa, karena petunjuk teknisnya belum turun dari Kementerian Kesehatan. Karena ini terkait persiapan yang harus kita lakukan di daerah," terang dr Eka.

Menurutnya, sejauh ini pihaknya belum mengetahui jenis vaksin COVID-19 yang nantinya dikirim Kemenkes untuk NTB. Sebab, dari informasi yang diterimanya ada tiga vaksin. Bahkan, dalam surat keputusan (SK) Menteri Kesehatan ada empat jenis vaksin yang beredar di Indonesia.

"Jadi dari tiga merek vaksin itu kita belum tahu mana yang turun ke NTB. Karena sosialisasi dan pelatihan itu sesuai dengan vaksin yang dikirim ke NTB. Kemudian, kita lakukan screening kepada orang-orang yang akan divaksin," jelasnya.

Eka menambahkan, bagi pasien yang pernah dinyatakan COVID-19 tidak akan diberikan vaksin.

"Pasien yang sudah kena COVID-19 tidak akan divaksin. Begitu juga yang memiliki penyakit komorbit berat tidak akan divaksin. Jadi yang divaksin itu berumur 18-59. Kalau anak-anak dan lansia tidak divaksin," katanya.

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020