Jakarta (ANTARA) -
Guna memangkas kesenjangan digital di era pasca-COVID-19, Huawei memperkenalkan solusi inovatif “the RuralStar” yang mampu menghadirkan konektivitas hingga ke wilayah-wilayah pedesaan di Indonesia, menurut Alex Xing, Chief Technology Officer untuk Huawei Indonesia.
 
“Penerapan RuralStar bisa menjadi sebuah ‘keajaiban mobilitas’ bagi wilayah-wilayah yang selama ini belum tersentuh dengan konektivitas,” ujar Alex Xing pada sesi pertama diskusi panel yang diselenggarakan oleh Selular secara daring pada Selasa.
 
Diskusi tersebut merupakan bagian dari gelaran tiga hari Digital Telko Outlook 2021 yang diselenggarakan dengan mengambil latar belakang kondisi melemahnya perekonomian sebagai dampak dari pandemi COVID-19.
 
Sejumlah pihak, seperti para pengambil kebijakan serta pakar di industri terkait turut berpartisipasi dalam diskusi yang mengupas berbagai peluang sekaligus tantangan yang perlu diantisipasi dalam upaya pengembangan jaringan internet di berbagai wilayah di Indonesia.
 
“Solusi teknologi itu menghadirkan beragam inovasi, salah satu contohnya adalah penggunaan teknologi surya yang hemat energi sebagai solusi ketika muncul permasalahan terutama bagi wilayah-wilayah yang belum tersentuh oleh energi listrik," kata dia.

Baca juga: ITB juara Huawei ICT Competition 2019-2020

Baca juga: Huawei Indonesia perkenalkan arsitektur "Intelligent Twins"
 
"Solusi cell-site yang dilengkapi dengan kapabilitas untuk mencukupi kebutuhan energi secara mandiri ini mampu menangkap energi cahaya dan panas yang dipancarkan oleh matahari, terlebih bagi negara-negara yang terletak di sekitar ekuator, guna menghadirkan konektivitas jaringan yang berkesinambungan,” imbuhnya.
 
Solusi itu mendukung pengembangan jangkauan jaringan seluler nasional yang makin luas, dengan konsumsi daya yang makin rendah dibandingkan solusi cell-site standar yang ada saat ini.
 
Konsumsi daya pada komponen base band dan unit radio yang terdapat pada situs pemancar seluler ini lebih rendah dibandingkan dengan pada BTS makro standar lainnya, karena suplai energinya berasal dari panel surya, alih-alih dari generator disel yang mahal. Dengan demikian, biaya energi dan emisi CO2 bisa ditekan sedemikian rupa, imbuh Alex.
 
Saat ini, lebih dari 83.218 desa dengan 6.790 di antaranya belum terjangkau oleh jaringan 2G, 6.212 desa belum terjangkau oleh jaringan 3G, sementara sebanyak 12.548 belum terjangkau oleh jaringan 4G.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menekan angka kesenjangan digital ini, khususnya di wilayah-wilayah yang belum terjangkau, yakni di daerah-daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T).
 
Guna mewujudkan pemerataan jangkauan konektivitas secara umum, pemerintah sendiri menargetkan komitmennya untuk menghadirkan konektivitas hingga di wilayah-wilayah yang belum terjangkau dalam kurun waktu dua tahun ke depan.
 
Dengan adanya kebutuhan untuk mewujudkan pemerataan konektivitas broadband untuk semua, serta menimbang kendala yang besar apabila menggelar jaringan kabel fiber, juga tingginya keterbatasan akibat adanya koneksi warisan pada akses fixed wireless, Alex menuturkan, “Solusi itu sangat cocok dimanfaatkan di sekolah-sekolah, area-area publik, hingga bagi masyarakat di daerah-daerah terpencil.”
 
Pada intinya, penerapan solusi Huawei RuralStar akan mampu memangkas TCO sekaligus menghadirkan konektivitas dengan biaya murah bagi daerah-daerah terpencil.
 
Saat ini, proyek “RuralStar” telah berjalan secara komersial di lebih dari 110 jaringan di lebih dari 50 negara dan menjangkau setidaknya 50 juta penduduk dunia, khususnya bagi masyarakat di wilayah-wilayah terpencil dengan proses penggelaran lapangan yang simpel, instalasi yang mudah, desain hemat energi dan dilengkapi dengan teknologi baterai yang mutakhir.

Baca juga: Huawei bawa Mate 40 Pro ke Indonesia, ini harganya

Baca juga: Huawei Indonesia & FPCI bahas akselerasi digital pemulihan ekonomi

Baca juga: Huawei IdeaHub untuk kolaborasi "smart office"

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020