Manado (ANTARA) - Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos RI Harry Hikmat bangga atas produk abon ikan cakalang dan sambal ikan roa yang diproduksi disabilitas netra di Balai Disabilitas Netra, Kota Manado, Sulut.

"Abon cakalang dan sambal ikan roa ini layak diproduksi dan dipasarkan," sebut Dirjen di Manado, Sabtu.

Karena, kata dia, kemampuan membuat dua produk itu merupakan hasil pelatihan dari seorang pelaku usaha.

"Kami melihat bukan hanya terampil membuat produknya tapi juga dibantu untuk pemasaran. Caranya dengan memposting di e-commerce sehingga ada perputaran dari hasil produksi penyandang disabilitas ini," katanya.

Baca juga: Mensos: Pemerintah lakukan berbagai upaya tanggulangi COVID-19

Menurut Dirjen, dengan adanya hasil penjualan ini, para penyandang disabilitas mendapatkan penghidupan yang lebih baik.

Selain itu, kata dia, para penyandang disabilitas ini bekerja dengan pendekatan kelompok atau usaha kelompok bersama.

"Dengan begitu, penyandang disabilitas tidak hanya terampil tapi dapat bekerja bersama sehingga tingkat kemandirian lebih cepat tercapai," ujarnya.

Harry juga menyampaikan bahwa Mensos terkesan dengan hasil kreasi disabilitas berupa kerajinan tangan yang kualitasnya tak kalah dengan buatan nondisabilitas seperti merchandise, taplak meja, asbak dan lainnya.

Salah satu bakat terpendam penyandang disabilitas lainnya yang cukup membuat terkesan adalah Yunita Lumowa yang berkesempatan menyanyi di hadapan Mensos.

"Tadi juga ada talenta penyanyi yang sangat berbakat namanya Yunita Lumowa. Pak Menteri sangat terkesan. Beliau berpesan nanti kalau ada acara di Jakarta minta dihadirkan. Suaranya keren tidak kalah dengan Titiek Puspa, punya power yang kuat," tutur Harry.

Selain itu, kata Harry, Mensos juga sempat menikmati pijatan dari salah satu pemijat netra sekira 30 menit.

Baca juga: Kemensos ajak kaum milenial berperan dalam penanganan COVID-19

"Inilah bukti kalau pembinaan dan pelatihan yang kita berikan hasilnya akan memberikan manfaat," tutur dia lagi.

Harry menambahkan Balai Netra Tomou Tou memiliki luas lima hektare dan fasilitasnya cukup memadai.

Namun, Harry berharap ke depannya, fasilitas balai Tomou Tou ini dapat ditingkatkan lagi menjadi multifungsi, tidak spesialis sensorik netra tapi disabilitas pada umumnya bisa memanfaatkan fasilitas ini.

"Mudah-mudahan tahun depan setelah direnovasi, misalkan ruang musik di buat besar tidak hanya disabilitas netra, disabilitas fisik pun bisa dimanfaatkan untuk berlatih. Kemudian disabilitas mental bisa terapi atau kegiatan lain bersama-sama tidak hanya netra," kata dia.

Nantinya, kata Harry, ada semacam penguatan kemampuan dengan mengoptimalkan keterbatasan yang dimiliki masing-masing penyandang disabilitas seperti keterbatasan pendengaran, penglihatan, berbicara maupun keterbatasan fisik.

"Kalau bekerja bersama bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat itu balainya akan kita dorong," pungkas Harry.

Baca juga: Kemensos alokasikan Rp6 miliar atasi pandemi COVID-19 di Sulut

Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020