untuk meminimalkan risiko kecelakaan kerja
Padang, (ANTARA) - Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Andalas (Unand) Padang membimbing petani gambir di Kabupaten Pesisir Selatan menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja dalam proses pengolahan.

"Banyak petani pengolah gambir memiliki keluhan saat mengolah gambir kuku berubah berwarna hitam dan luka bakar, hal tersebut terjadi karena petani tidak menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) atau tidak menggunakan alat pelindung diri selama melakukan pengolahan," kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Unand Padang Fea Firdani, SKM, MKM di Padang, Minggu.

Bersama tim beranggotakan Sepri Reski, SPt, M.Pt dan Azzyati Ridha Alfian, SKM, MKM serta melibatkan alumni dan mahasiswa Universitas Andalas pihaknya memberikan penyuluhan terkait pentingnya memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja pada proses pengolahan gambir.

Selama proses penyuluhan tim pengabdian Unand juga memperagakan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang diberikan kepada petani pengolah gambir, dengan tujuan agar petani pengolah gambir selalu menggunakan APD selama melakukan pengolahan untuk meminimalkan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Alat pelindung diri tersebut berupa sepatu safety, sarung tangan karet dan pelindung tubuh. Kemudian tim pengabdian juga memberikan bantuan alat pengolahan seperti gunting daun atau ranting agar memudahkan pengerjaan panen karena selama ini proses panen daun dan ranting gambir dilakukan secara manual.

Baca juga: Menristek luncurkan 100 produk inovasi Unand siap dikomersialisasi

Menurutnya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) juga perlu diterapkan di bidang pertanian karena banyak petani tidak hati-hati dalam bekerja sehingga mengalami kecelakaan kerja dalam kategori ringan maupun berat.

"Jadi saya ingin sekali petani juga mendapatkan bekal ilmu mengenai K3 untuk meminimalkan risiko kecelakaan kerja," ujar Fea.

Ketua tim pengabdian tersebut juga menyampaikan kegiatan pengabdian akan berlanjut dalam dua sampai tiga tahun ke depan dalam rangka membantu pengembangan gambir sehingga produksi meningkat dan petani bisa menikmati hasil.

"Kami akan mempersiapkan petani gambir yang mandiri secara manajemen dan keuangan serta mempersiapkan petani yang mampu mempertahankan mutu gambir agar hasil yang diperoleh dapat dijual dengan harga yang adil," katanya.

Ia mengatakan sangat banyak tengkulak yang mengambil untung dalam proses bisnis gambir, hal ini disebabkan petani tidak memiliki ilmu dalam mempertahankan mutu gambir dan tidak memiliki akses pasar yang jelas.

"Oleh sebab itu kami akan membekali kelompok petani gambir di Nagari Koto Nan duo, Kecamatan Batang Kapas agar dapat memanajemen bisnisnya," katanya lagi.

Baca juga: Menristek : Science Techno Park Unand jadi wadah hilirisasi riset

Kemudian Tim Pengabdian Unand juga berencana akan merancang desain rumah kempa dengan pendekatan ergonomi agar petani lebih nyaman dan mudah dalam melakukan proses pengolahan gambir serta dapat menghindari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Dari perancangan tersebut diharapkan nantinya akan menjadikan rumah kempa percontohan di perkebunan gambir di Kabupaten Pesisir Selatan khususnya di Kecamatan Batang Kapas.

Saya juga berharap kegiatan ini dapat meningkatkan penghasilan petani gambir dan dapat meningkatkan devisa negara sebagai komoditias ekspor, katanya.

Gambir merupakan salah satu produk unggulan Provinsi Sumatera Barat, sentra produksi gambir berada di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten Pesisir Selatan.

Baca juga: Pakar gempa Unand : Tetap waspadai gempa dari segmen Siberut

Selama ini petani melakukan kegiatan pengolahan gambir secara konvensional dengan mengerjakan di pondok (rumah kampo), kegiatan tersebut hanya dapat dilakukan oleh beberapa petani yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam pengolahan tersebut.

Kegiatan pengolahan gambir dimulai dari memanen daun dan ranting, kemudian mengikat daun dan ranting dimasukkan ke dalam wadah perebusan untuk melakukan ekstraksi selama lebih kurang 4-5 jam, selanjutnya melakukan proses pengepresan atau pengempaan untuk mengambil ekstrak gambir dalam bentuk cairan.

Selanjutnya ekstrak gambir tersebut dibiarkan selama satu malam agar gambir tersebut berubah menjadi pasta dan akhirnya dicetak, sebelum dijual gambir yang dicetak tersebut di jemur hingga kering. Kadar air dari gambir menentukan harga gambir yang akan dijual.

Baca juga: Kampus harus jadi tulang punggung pengembangan inovasi

 

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020