Jakarta (ANTARA) - Alih-alih menggelar pernikahan di Jakarta, Adipati Dolken dan Canti Tachril justru memutuskan untuk melangsungkan prosesi nikah di Bangka Belitung. Apa yang menjadi alasannya?

"Kenapa kita pilih di Belitung, ini karena jauh ke mana-mana, kita jalanin protokol itu. Kita takutnya banyak orang yang tiba-tiba datang, takutnya malah jadi enggak enak kan, ramai, kita jalanin protokol sih," kata pria yang akrab disapa Dodot ini dalam jumpa pers virtual, Senin.

Alasan lain yang membuat Dodot dan Canti memilih nikah di Bangka Belitung adalah lantaran pemain "Teman Tapi Menikah" itu memiliki impian untuk menikah di atas kapal, namun karena situasinya tidak memungkinkan akhirnya dia memilih menikah di pinggir pantai.

Baca juga: Keluarga Canti Tachril ajukan syarat khusus pada Adipati Dolken

"Jadi sebenernya Dodot punya dream wedding, dia pengin nikah di atas kapal, tapi karena tidak memungkinkan, takut kapalnya tenggelam, akhirnya kita putusin di pantai didukung sama keluarga juga," ujar Canti.

Dodot mengatakan dia memang sangat menyukai suasana luar ruangan. Dia pun mencari tempat yang tidak terlalu ramai oleh pengunjung sehingga Bangka Belitung menjadi tujuan utamanya.

"Gue pengin yang belum banyak di foto-foto, jadi ya udah deh cari tempat yang view-nya bagus dan dekat juga, enggak terlalu jauh dari Jakarta," kata Dodot.

Dodot dan Canti mengatakan tidak mengundang banyak orang untuk datang ke Bangka Belitung. Pernikahan yang digelar pada 18 Desember 2020 itu hanya dihadiri oleh 18 orang saja yang terdiri dari keluarga dan sahabat.

"Kita berangkat dengan kondisi yang sangat intimate, hanya kurang lebih 18 orang, itu sangat hangat. Karena gue enggak mau terlalu ramai, sebenarnya enggak ada resepsi, cuma makan malam aja, habis itu kita ke kamar masing-masing. Kita enggak pake WO," ujar pemain film "Perburuan" itu.

Baca juga: Adipati Dolken menikah minggu depan

Baca juga: Canti Tachril, sosok yang sedang dekat dengan Adipati Dolken

Baca juga: Adipati Dolken tak sabar menikah

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020