Jakarta (ANTARA) - Hasil otopsi yang dirilis pada Rabu memastikan mendiang legenda sepak bola Argentina Diego Maradona bersih dari alkohol maupun zat terlarang dalam beberapa hari jelang meninggalnya pada 25 November lalu.

Maradona yang meninggal bulan lalu dalam usia 60 tahun berdasar hasil otopsi diketahui mengkonsumsi tujuh jenis obat-obatan untuk mengobati depresi, kecemasan dan penyakit lain tetapi "tidak ada obat-obatan (ilegal)," kata seorang pejabat pengadilan kepada Reuters.

Hasil otopsi terhadap sampel darah dan urine Maradona yang dirilis Divisi Sains Kepolisian Buenos Aires menyatakan bahwa mendiang mengalami masalah di ginjal, liver dan paru-parunya.

Baca juga: Pengadilan Argentina ingin "awetkan" jenazah Diego Maradona
Baca juga: Maradona akan terpampang di uang kertas Argentina


Penyelidikan tengah dilakukan terhadap berbagai aspek kematian Maradona yang mengguncang Argentina dan masyarakat sepak bola dunia serta belum mengesampingkan kematian diakibatkan kesalahan manusia.

Otopsi lebih rinci ini mengkonfirmasi hasil otopsi awal yang dirilis setelah kematian mantan bintang Boca Juniors dan Napoli itu yang dinyatakan meninggal karena "edema paru akut sekunder akibat gagal jantung kronis yang diperburuk kardiomiopati dilatasi."

Menanggapi kritik terhadap ayahnya, putri Maradona, Giannina, mengatakan otopsi menunjukkan "hasil yang sesuai dengan kondisi sirosis liver."

Kendati kesohor sebagai sosok yang sendirian membawa Argentina juara Piala Dunia 1986, Maradona juga lekat dengan cerita perjuangannya melawan kecanduan alkohol dan obat-obatan terlarang hampir sepanjang hidupnya.

Baca juga: Nama Maradona diusulkan menjadi nama jalan
Baca juga: Pemilik jersey "Gol Tangan Tuhan" Maradona sibuk tolak tawaran
Baca juga: Dokter pribadi Maradona diduga lakukan "pembunuhan tak disengaja"

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2020