Kendari (ANTARA) - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara Abdurrahman Shaleh meminta kepada seluruh masyarakat di daerah itu agar menghilangkan pendapat bahwa vaksin COVID-19 bisa berdampak berbahaya atau negatif.

"Hilangkan skeptis atau animo bahwa vaksin ini berdampak negatif dan seterusnya," kata Abdurrahman Shaleh di Kendari, Rabu.

Menurutnya, pemerintah tidak akan mungkin mendistribusikan vaksin COVID-19 hingga ke daerah-daerah jika tidak melalui kajian terlebih dahulu oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Baca juga: Vaksinasi COVID-19 harus perhatikan skenario protokol kesehatan

"Tidak mungkin diturunkan untuk mencelakakan masyarakat Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara karena sudah ada kajian ilmiah Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Jadi semua sudah tertangani dengan baik tinggal kita lihat saja seberapa besar efektivitasnya," ujar Abdurrahman.

Kata dia, salah satu tugas pemerintah adalah menjaga keselamatan seluruh masyarakat Indonesia yang ada di Sulawesi Tenggara khususnya terhadap penanganan COVID-19.

Baca juga: Presiden ingatkan tetap disiplin 3M meski akan vaksinasi COVID-19

"Jadi vaksin ini memang pasti manfaatnya akan sangat besar, tinggal sejauh mana nanti efektifitasnya penggunaannya," kata00nya.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada Selasa (5/1) menerima 20.400 dosis vaksin COVID-19 dan menunggu arahan dari pemerintah pusat mengenai pelaksanaan vaksinasi.

Baca juga: Vaksinasi Presiden satu-dua hari setelah izin BPOM keluar

"Sementara menunggu koordinasi lebih lanjut dari Balai POM, lalu kami menunggu mekanismenya secara nasional," kata Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Nur Endang Abbas, yang ikut menjemput kedatangan vaksin di Bandara Haluoleo.

Setelah ada instruksi dari pemerintah pusat, ia mengatakan, vaksinasi COVID-19 akan dilakukan pada 10.200 tenaga kesehatan yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara.

"Nanti digunakan untuk 10.200 nakes (tenaga kesehatan), karena setiap orang itu menggunakan dua kali pemberian (penyuntikan vaksin). Jadi pemberian pertama satu kali, hari ketiga disuntik lagi," katanya.

Pemerintah daerah, menurut dia, sedang melakukan pengecekan data dan pemeriksaan awal pada tenaga kesehatan yang diprioritaskan untuk mendapat vaksin COVID-19.

Sementara itu, Data Data Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sultra hingga Rabu, 6 Januari 2021, mencatat total kasus positif COVID-19 di daerah itu sebanyak 8.114 orang, dinyatakan sembuh sebanyak 7.150 orang, yang tengah menjalani perawatan atau isolasi mandiri sebanyak 806 orang dan dinyatakan meninggal sebanyak 158 orang.
 

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021