perubahan pola pikir termasuk tidak mengorientasikan kegiatan penanaman seperti proyek.
Jakarta (ANTARA) - Kegiatan lingkungan hidup seperti penanaman di hutan memerlukan perubahan pola pikir dengan tidak melihatnya terpisah dari masyarakat sekitar hutan yang menjadi bagian integral dari proses, kata Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Way Seputih Way Sekampung, Idi Bantara.

"Jadi biasanya kita membuat suatu kegiatan itu seperti terpisah antara program dan masyarakatnya. Ini kita integrasikan, karena antara permasalahan di lapangan itu sama saja dengan masalah kita, bukan masalahnya petani," kata Idi dalam diskusi Pojok Iklim Kemeterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dipantau virtual dari Jakarta, Rabu.

Dengan hal itu maka pemerintah, petani, masyarakat sekitar dan berbagai macam pemangku kepentingan lokal memiliki tujuan yang sama yaitu mewujudkan hutan lestari.

Menurut Kepala BPDASHL yang berada di Lampung itu, perubahan pola pikir termasuk tidak mengorientasikan kegiatan penanaman seperti proyek.

Dalam diskusi bertema "Membangun Motivasi Hijaukan Negeri" itu, Idi juga menegaskan pentingnya kepekaan akan masalah yang ada di lapangan dan tidak menjadi bagian dari masalah baru.

Dia juga menekankan pentingnya berpikir secara sistem yaitu melihat fenomena secara keseluruhan dan menekankan cara pandang berfokus pada pola perubahan, sehingga tidak melihat sesuatu secara statis.

Karena itu dia menekankan pentingya kesiapan kelembagaan tani untuk suksesnya penanaman hutan dan penguatan pendampingan kelembagaan tani. Hal itu penting karena selain karena bermanfaat bagi masyarakat, rehabilitasi hutan dan lahan juga berkontribusi terhadap penurunan emisi karbon.

"Hutan dapat menjadi lokasi yang menggembirakan bagi petani dan masyarakat luas, maka pembangunan hutan atau model tanaman unggul dapat dikembangkan di semua daerah, orientasinya yang unggul bukan asal nanam," tegasnya.

 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021