Angka penjualan ritel pagi ini yang mengecewakan memperkuat pendapat bahwa lebih banyak stimulus akan dibutuhkan
New York (ANTARA) - Harga-harga saham dan minyak berjatuhan pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), tertekan oleh penguncian yang meningkat dan data penjualan ritel AS yang lemah, sementara indeks dolar membukukan kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari dua bulan.

Imbal hasil obligasi dan saham AS telah meningkat baru-baru ini, sebagian karena ekspektasi tentang peluncuran vaksin virus corona dan rencana stimulus besar-besaran oleh pemerintahan Demokrat yang akan datang. Presiden terpilih Joe Biden pada Kamis (14/1/2021) mengumumkan rencana bantuan ekonomi 1,9 triliun dolar AS.

Tetapi kampanye vaksinasi telah berjalan lebih lambat dari yang diharapkan dan prospek penguncian yang lebih ketat di Prancis dan Jerman, serta kebangkitan kembali kasus COVID-19 di China, telah menekan sentimen pasar.

“Saya merasa bahwa setelah semua optimisme mengenai vaksin, kami sekarang hidup dalam kenyataan peluncuran yang sangat lambat, yang sangat membebani aktivitas bisnis,” kata Juan Perez, pedagang mata uang senior di Tempus Inc di Washington.

“Sampai kami memiliki lebih banyak jaminan di bidang medis, pasar tidak akan terus berkembang meskipun bantuan keuangan mungkin sedang dalam perjalanan,” kata Perez, dikutip dari Reuters.

Dolar menguat terhadap euro dan sterling, sementara yen sedikit berubah.

Saham-saham jatuh tetapi masih mendekati rekor tertinggi baru-baru ini, dengan investor juga mencerna prospek kenaikan pajak untuk membayar rencana Biden.

“Pengeluaran itu mudah dilakukan tetapi pertanyaannya adalah bagaimana Anda akan membayarnya? Pasar sering mengabaikan politik tetapi mereka tidak sering mengabaikan pajak," kata Tim Ghriskey, kepala penyiasat investasi di Inverness Counsel di New York.

Indeks Dow Jones Industrial Average terpangkas 177,26 poin atau 0,57 persen menjadi 30.814,26 poin, S&P 500 kehilangan 27,29 poin atau 0,72 persen menjadi 3.768,25 poin dan Komposit Nasdaq turun 114,14 poin atau 0,87 persen menjadi 12.998,50 poin.

Baca juga: Wall Street ditutup melemah terseret penurunan saham bank dan energi

Indeks pan-Eropa STOXX 600 kehilangan 1,01 persen dan indeks saham MSCI di seluruh dunia merosot 0,86 persen.

Saham-saham pasar negara berkembang kehilangan 0,93 persen. Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang ditutup 0,67 persen lebih rendah, sementara Nikkei berjangka kehilangan 2,01 persen.

Imbal hasil obligasi juga tertekan lebih rendah oleh angka yang lebih lemah dari perkiraan dalam penjualan ritel AS.

"Angka penjualan ritel pagi ini yang mengecewakan memperkuat pendapat bahwa lebih banyak stimulus akan dibutuhkan," kata Ian Lyngen, kepala strategi suku bunga AS di BMO Capital Markets di New York.

Surat utang negara (obligasi) AS 10-tahun terakhir naik 13/32 dalam harga memberikan imbal hasil 1,0852 persen, dari 1,129 persen pada Kamis malam (14/1/2021).

Meskipun imbal hasil acuan obligasi mingguan turun, imbal hasil ditetapkan untuk menutup minggu kedua di atas satu persen, penurunan beruntun yang tidak terlihat sejak sebelum penguncian berlangsung awal tahun lalu.

Harga minyak turun tajam di tengah kekhawatiran bahwa permintaan akan turun ketika COVID-19 terus mengamuk secara global.

"Kemunculan kembali infeksi virus corona baru-baru ini, munculnya varian baru, peluncuran vaksin yang tertunda dan tindakan penguncian baru di sebagian besar negara-negara utama OECD telah mempersuram pemulihan ekonomi dan permintaan," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.

Minyak mentah AS baru-baru ini jatuh 2,73 persen menjadi 52,11 dolar AS per barel dan Brent berada di 54,87 dolar AS per barel, anjlok 2,75 persen pada hari itu.

Baca juga: Harga minyak tergelincir akibat penguncian di China

Indeks dolar naik 0,573 persen, dengan euro turun 0,68 persen menjadi 1,2073 dolar, sementara sterling diperdagangkan terakhir pada 1,3585 dolar, turun 0,75 persen pada hari itu. Yen Jepang melemah 0,07 persen terhadap greenback di 103,88 per dolar.

Spot emas turun 1,1 persen menjadi 1.826,59 dolar per ounce dan perak anjlok 3,11 persen menjadi 24,74 dolar.

Bitcoin terakhir merosot 7,59 persen menjadi 36.164,50 dolar.

Baca juga: Harga emas jatuh 21,5 dolar tertekan penguatan "greenback"

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021