Sejumlah warga sempat mengancam terhadap seorang sukarelawan berbaju oranye yang melarang mereka mengambil semua bantuan untuk korban gempa di Mamuju.
Makassar (ANTARA) - Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Barat memperketat pengamanan di perbatasan Kabupaten Majene yang masuk ke Kabupaten Mamuju, menyusul adanya informasi penjarahan bantuan logistik terhadap korban gempa berdampak di dua daerah tersebut.

"Diperketat dan setiap hari ada pengaman untuk wilayah perbatasan di Majene dan Mamuju. Personel ditempatkan di Pos Malunda," ujar Kepala Bidang Humas Polda Sulbar AKBP Syamsu Ridwan saat dikonfirmasi ANTARA di Makassar, Ahad.

Bagi setiap orang yang hendak mengirimkan bantuan logistik dan bantuan lainnya, pihaknya mengimbau mereka untuk berkoordinasi dengan pihak keamanan agar distribusi bantuan itu sampai kepada yang berhak.

"Bagi donatur atau warga yang ingin mengirimkan bantuan agar meminta bantuan pengawalan di polres-polres yang dilintasi sebelum masuk di Majene dan Mamuju," katanya.

Baca juga: Bantuan kebutuhan pokok mulai dibagikan kepada pengungsi gempa

Menyinggung soal perampasan dan penjarahan bantuan logistik untuk korban gempa, dia mengatakan bahwa hal itu terjadi karena masyarakat sekitar khawatir tidak mendapat bantuan logistik.

"Saat ini kami fokus pada pengawalan dan pengamanan jalur distribusi bantuan sehingga bisa sampai ke kota Mamuju," katanya.

Sebelumnya, video penjarahan bantuan logistik kemanusiaan yang dibawa tim SAR Peduli Dakwah Makassar dan tim SAR Muhammadiyah dijarah warga setempat di perbatasan Majene dan Mamuju sempat viral.

Tim Peduli Dakwah Sulhaeli Syamsuddin menyebutkan lokasi kejadian di Tappalang, Majene.

Warga tidak sabar menanti pembagian sembako, kemudian memaksa seluruh armada pengangkut berhenti dengan memasang penghalang di jalan, bahkan sejumlah warga membawa senjata tajam.

Baca juga: Pascagempa Sulbar Brimob Polda kerahkan pasukan bantu pemulihan

Seorang sukarelawan berbaju oranye sempat melarang agar warga tidak mengambil semua barang. Namun, yang bersangkutan malah diserang hingga diancam dengan senjata tajam.

 Sulhaeli Syamsuddin membantah korban yang diserang warga mengeluarkan kata-kata kasar kepada warga sehingga menjadi pemicu penyerangan.

"Tim peduli dakwah adalah gerakan kemanusiaan yang mengedepankan dakwah dalam setiap aksinya. Jadi, mustahil ada kata-kata kasar atau makian yang keluar dari mulut salah seorang dari tim kami. Kami berharap kejadian itu tidak berulang. Aparat keamanan mesti menjamin distribusi logistik sampai ke tempat tujuan," katanya.

Pewarta: M. Darwin Fatir
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021