Brussels (ANTARA) - Uni Eropa (EU) ingin membentuk mekanisme yang memungkinkan pembagian kelebihan vaksin COVID-19 dengan negara-negara tetangga yang lebih miskin dan Afrika, yang merupakan  sebuah langkah yang dapat melemahkan skema global yang dipimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dengan populasi 450 juta jiwa, EU telah mendapatkan hampir 2,3 miliar vaksin COVID-19 dan kandidat vaksin dari enam perusahaan---meskipun sebagian besar masih memerlukan persetujuan dari otoritas kesehatan.

"Kami sedang bekerja dengan negara anggota untuk mengusulkan mekanisme Eropa untuk berbagi vaksin di luar perbatasan kami," kata komisaris kesehatan EU Stella Kyriakides kepada anggota parlemen EU pada Selasa.

Dia menekankan bahwa mekanisme tersebut akan memfasilitasi pemberian vaksin ke negara-negara miskin "sebelum COVAX beroperasi penuh", mengacu pada skema global yang dipimpin bersama oleh WHO dan dibentuk tahun lalu untuk memastikan distribusi yang adil dari vaksin COVID-19 di seluruh dunia.

COVAX sudah beroperasi tetapi sejauh ini berjuang untuk mengamankan vaksin. Fasilitas itu mengumumkan pada bulan Desember kesepakatan untuk hampir 2 miliar dosis, tetapi bagian terbesar dari suntikan ini telah dijaminkan oleh pembuat vaksin di bawah perjanjian yang tidak mengikat karena COVAX saat ini kekurangan uang untuk memesannya terlebih dahulu.

"Perusahaan tidak akan memberi Anda dosis jika Anda tidak membayar di muka," kata seorang negosiator senior vaksin EU yang tidak menyebut namanya, mencatat bahwa inisiatif EU adalah hasil dari COVAX yang tidak sesuai harapan.

Dokumen internal yang dilihat oleh Reuters menunjukkan pada bulan Desember bahwa pemimpin bersama COVAX melihat risiko kegagalan yang tinggi untuk mekanisme tersebut karena dana yang tidak mencukupi dan pengaturan kontrak yang rumit.

WHO telah memperingatkan risiko distribusi yang adil yang disebabkan oleh penimbunan vaksin yang tersedia di negara-negara kaya, tetapi secara publik tetap optimistis tentang COVAX dan kemungkinan memberikan vaksin pertama pada kuartal ini.

Kyriakides mengatakan skema berbagi vaksin EU harus memprioritaskan petugas kesehatan dan orang yang paling rentan di Balkan Barat, Afrika Utara, dan negara-negara Afrika Sub-Sahara yang lebih miskin.

Pejabat EU mengatakan blok itu dapat memberikan beberapa vaksin untuk COVAX yang kemudian akan mendistribusikannya ke negara-negara miskin. Namun, tidak jelas apakah EU akan menyumbangkan atau menjual kelebihan dosisnya.

Swedia telah menyiapkan mekanisme untuk menjual kelebihan vaksinnya. Keputusan tentang berbagi vaksin diambil oleh pemerintah EU.
Baca juga: EU akan putuskan soal penggunaan vaksin COVID BioNTech 23 Desember
Baca juga: EU pesan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson untuk 400 juta orang


Sumber: Reuters

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021