Semarang (ANTARA) - Universitas Diponegoro (Undip) Semarang membenarkan adanya upaya meretas server milik perguruan tinggi negeri itu dari sejumlah negara di luar negeri sebelum terungkapnya dugaan bocornya data para mahasiswa di dunia maya.

Hal tersebut terungkap dalam siaran pers yang disusun oleh tim eksternal yang digandeng Undip untuk menelusuri permasalahan itu di Semarang, Selasa.

Dalam siaran pers tersebut disebutkan upaya membobol server milik Undip yang dilakukan dari Belanda, Tiongkok, Hongkong, serta Meksiko.

Baca juga: Undip inisiasi rumah bagi warga berpenghasilan di bawah Rp6 juta/bulan

Adapun server yang diserang yakni laman pak.undip.ac.id yang semula dipakai untuk penilaian angka kredit.

Server yang diperbarui terakhir kali pada 16 April 2018 itu berisi tentang data mahasiswa Undip, namun saat ini diklaim bukan lagi menjadi bagian dari sistem informasi yang berjalan saat ini.

Terpisah, Plt Wakil Rektor 3 Bidang Komunikasi dan Bisnis Undip Semarang, Dwi Cahyo Utomo dalam konferensi pers yang digelar secara daring menyebut dari sekitar 125 ribu data mahasiswa yang bocor pada awalnya ternyata hanya sekitar 73 ribu yang diduga merupakan milik Undip.

"Dari jumlah itu kemudian dicocokkan dengan 10 field, ternyata tidak ada yang identik," katanya

Kemudian kata dia, ketika diperkecil dengan 5 field diperoleh hasil ada sekitar 5 ribu data yang harus didalami.

"Kami cari berdasarkan identitas dasar, seperti nama, NIM, alamat, nomor ponsel, ternyata ada sekitar 5 ribu yang harus didalami," katanya.

Sebelumnya, akun Twitter @fannyhasbi mengunggah status tentang dugaan kebocoran data 125 ribu mahasiswa dan alumnus Undip Semarang.

Data tersebut antara lain berisi nama, alamat, jalur masuk, alamat surat elektronik, password, IPK, riwayat sekolah, beasiswa dan beberapa data penting lainnya.
***3***

Pewarta: Immanuel Citra Senjaya
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021