Jakarta (ANTARA) - Huawei Indonesia berkolaborasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengadakan lokakarya keamanan siber bertema "Peran Honeynet Pada Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)" di Bali.

"Di sisi lain, kami juga memiliki kepedulian tinggi terhadap segala bentuk upaya untuk memperkuat keamanan siber yang sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan misi-misi kritikal. Oleh karena itu, Huawei Indonesia sangat antusias untuk mendukung upaya BSSN meningkatkan literasi dan kapabilitas pemangku kepentingan terkait keamanan siber, termasuk tentang Honeynet sebagai upaya serius melakukan pendeteksian dan analisis ancaman siber sedini mungkin," kata Vice President Public Affairs and Communications Huawei Indonesia, Ken Qi, dalam keterangan pers, dikutip Kamis.

Honeynet Project merupakan inisatif BSSN untuk menjaga keamanan nasional melalui deteksi serangan siber, berupa sistem untuk mengetahui, merekam berbagai pola dan jenis aktivitas serangan siber yang kemudian digunakan sebagai bahan dasar analisis lanjutan upaya pengelolaan serangan siber.

Baca juga: Rangkuman ponsel "high-end" sepanjang 2020

Baca juga: Huawei RuralStar solusi konektivitas wilayah terpencil Indonesia


Lokakarya yang diadakan di Bali ini bertujuan meningkatkan kapabilitas aparat Pemerintah Daerah di bidang keamanan siber, yang semakin dibutuhkan sejak penerapan SPBE.

Huawei Indonesia melihat SPBE merupakan keniscayaan di era serba digital dan perlu mendapatkan dukungan yang kuat dan penuh komitmen baik dari sisi infrastruktur, keamanan maupun kompetensi sumber daya manusia.

SPBE dipandang mampu menjadi pondasi kuat untuk tata kelola pemerintahan yang transparan, akuntabel dan terpercaya dan memiliki kredibilitas. Dalam konteks pandemi, SPBE juga bisa diandalkan untuk mengelola informasi akurat terkait upaya pemulihan bersama.

Deputi I Bidang Identifikasi Dan Deteksi BSSN Irjen Pol. Dono Indarto mengatakan keamanan siber telah menjadi isu penting seiring dengan tingginya penggunaan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) yang telah mendorong peningkatan frekuensi ancaman serta serangan siber.

Ia juga mengingatkan bahwa keamanan siber menjadi tanggung jawab seluruh komponen, baik pemerintah, pihak swasta, akademia maupun publik, mengingat potensi terjadinya ancaman siber makin meningkat sehingga diperlukan keseriusan dan kepedulian semua pihak dalam menyikapinya.

"Faktor keamanan informasi adalah salah satu fokus penting dalam penyelenggaraan SPBE. Standar keamanan SPBE meliputi standar keamanan Aplikasi, Pusat Data Nasional, Data & Informasi, Sistem Penghubung Layanan dan Keamanan Jaringan. Inilah yang mendasari komitmen kuat BSSN dalam terus berupaya meningkatkan kualitas SDM siber di lingkungan Pemerintah, baik pusat maupun daerah, guna memperkecil kemungkinan gangguan keamanan informasi pada penyelenggaraan SPBE," kata Dono.

Sementara Direktur Deteksi Ancaman BSSN Dr. Sulistyo mengatakan bahwa literasi tentang peran Honeynet dalam ketahanan dan keamanan siber nasional diyakini akan terus meningkat berkat sinergi multiple-helix yang terbangun antara BSSN dengan berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem digital di Indonesia.

“Dukungan alih pengetahuan dari Huawei Indonesia sebagai pakar di bidang TIK sangat dibutuhkan untuk mempercepat peningkatan kapabilitas dan kompentensi ekosistem, terutama para SDM-nya, terutama dalam memahami isu-isu serta tantangan di bidang teknologi digital yang memiliki implikasi pada keamanan siber yang harus diantisipasi," kata Sulistyo.

Pantauan Honeynet BSSN sepanjang tahun 2020 yang tersebar di 71 titik yang meliputi sektor Pemerintah, IIKN dan akademik, terjadi 246.432.010 serangan siber dan 190.599 serangan malware.

Baca juga: Telkomsel dan Huawei Indonesia perluas jaringan 4G di kawasan rural

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021