Serang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Banten memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat aman selama masa pandemi, agar tidak menambah keresahan bagi masyarakat akibat kekhawatiran berkurangnya stok pangan di pasaran.

Sementara di sisi lain masyarakat juga masih merasa khawatir terhadap penyebaran virus COVID-19 karena kondisinya saat ini di Banten masih cukup mengkhawatirkan.

Kepastian terkait stok pangan di Banten tersebut ditegaskan Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy di hadapan sejumlah anggota DPR RI ke Provinsi Banten pertengahan Januari 2021.

Di hadapan anggota Badan Legislasi DPR-RI Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy mengungkapkan kondisi ketahanan pangan di Banten selama masa pandemi COVID-19 dijamin aman dan terkendali dengan baik.

Pemerintah Provinsi Banten bahkan telah menyalurkan cadangan beras sebanyak 831.830 kilogram untuk 83.183 Kepala Keluarga (KK) di 603 desa dan 83 kecamatan.

Menurut Andika, berdasarkan analisis ketahanan pangan komposit, terdapat 8 Kecamatan dari 155 kecamatan di Provinsi Banten yang rentan terhadap rawan pangan atau masuk dalam prioritas 1 sampai 3, yang tersebar di Kota Serang, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak.

Andika mengatakan untuk keamanan pangan segar, Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Ketahanan Pangan telah menerbitkan 297 sertifikasi/registrasi Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT).

Provinsi Banten merupakan salah satu penghasil beras dengan total luas lahan sawah 204.335 Hektare. Berdasarkan hasil penghitungan BPS menggunakan metode KSA (Kerangka Sampel Area), Provinsi Banten menduduki posisi ke-10 sebagai Provinsi Penghasil Beras Tertinggi Nasional di tahun 2019 dengan produksi beras sebesar 843.000 ton.

Berdasarkan data neraca ketersediaan dan kebutuhan beras periode bulan Januari hingga Desember 2020, sampai dengan akhir tahun 2020, ketersediaan beras di Provinsi Banten surplus sebesar 105.314 ton.

Baca juga: Wagub Banten pastikan ketahanan pangan di masa pandemi aman

Pasok Jakarta

Bahkan Provinsi Banten mampu memasok beras ke DKI Jakarta sebesar 15.518 ton per bulan selama bulan Juli sampai Desember 2020, dengan tetap menjaga cadangan persediaan untuk konsumsi di daerah sendiri.

“Provinsi Banten mampu menambah pasokan beras di DKI Jakarta secara kontinu, sehingga ikut berpartisipasi dalam mendukung ketersediaan beras, menjaga kestabilan harga beras dan menekan tingkat inflasi di DKI Jakarta,” kata Andika

Pemerintah Provinsi Banten juga melakukan berbagai upaya untuk menjaga pasokan beras melalui pengawasan terhadap distribusi pangan dan berbagai subsidi input produksi. Selain itu, Pemerintah Provinsi Banten berupaya untuk memperpendek supply chain pangan melalui BUMD Agrobisnis.

Kemudian Pemerintah Provinsi Banten juga bekerja sama dengan Perhutani dan Perkebunan Negara/ swasta untuk membuka lahan baru dengan pola tumpang sari. Serta membantu akses permodalan perbankan bagi petani.

Semua itu, kata Andika, dilakukan mengingat ketahanan pangan dapat dicapai melalui empat pilar yaitu ketersediaan pangan, cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan dan pencegahan serta penanggulangan rawan pangan.

Sementara itu, Wakil Ketua Badan Legislasi DPR RI Willy Aditya mengatakan, pemerintah telah mengalokasikan dana sekitar Rp104,2 triliun yang ditujukan untuk mendorong produksi komoditas pangan dengan membangun sarana prasarana dan penggunaan teknologi dalam melaksanakan revitalisasi sistem pangan nasional, dengan memperkuat korporasi petani dan nelayan secara digital.

Pada kesempatan berbeda, Gubernur Banten Wahidin Halim menegaskan saat ini sektor pertanian menjadi perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten dalam upaya memperkuat ketahanan pangan.

Sektor pertanian menurutnya, sekarang menjadi perhatian dalam upaya memperkuat ketahanan pangan Provinsi Banten

"Ayo kita bertani. Sekarang sudah kita contohkan di Sitandu," kata Gubernur Banten Wahidin Halim usai melakukan panen melon dan bawang di kawasan Sistem Pertanian Terpadu (Sitandu) milik Provinsi Banten.

Menurut dia, pada dasarnya produksi pertanian Banten salah satunya beras dari dulu sudah lebih dari cukup. Bahkan bisa untuk memenuhi kebutuhan daerah lain salah satunya DKI Jakarta.

Bahkan ke depan dalam upaya menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan di Banten, apabila perusahaan daerah PT Agribisnis Banten sudah berjalan atau sudah beroperasi, produk pertanian dari wilayah Banten tidak tidak langsung dijual atau 'dilempar' ke daerah lain di luar Banten.

Akan tetapi dibeli dulu oleh BUMD Agrobisnis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Banten terlebih dahulu.

Baca juga: Program ketahanan pangan ditetapkan di kawasan Banksasuci Tangerang

Andalan lain

Banten tidak hanya mengandalkan padi atau beras sebagai salah satu upaya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. di Banten saat ini juga sedang dikembangkan tanaman porang yang mencapai 200 hektare oleh petani dan beberapa pondok pesantren di Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Pendeglang.

Mengingat saat ini porang memiliki nilai ekonomi tinggi serta mudah dipasarkan. Sebelumnya Banten juga mengembangkan talas beneng yang basis utamanya berada di suku Gunung Karang Kabupaten Pandeglang.

Bahkan produk tanaman hutan tersebut, sudah memasuki pasaran ekspor untuk jenis produk tepung talas beneng dan juga daun talas beneng yang dikembangkan menjadi tembakau dan memasuki pasar ekspor Australia.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid mengatakan pada tahun ini Gubernur Banten memberikan bantuan produksi padi untuk lahan 200 hektare. Selain itu masih ada bantuan untuk pengembangan mina padi dan perkebunan.

Adapun untuk mempercepat pengolahan tanah, Gubernur Banten juga memberikan bantuan sebanyak 120 unit traktor tangan (hand tractor) bagi kelompok tani.

Sementara itu, untuk pengembangan bawang merah yang merupakan produksi pertanian lainnya, Dinas Pertanian membuat demplot bawang merah varietas Bima Brebes di Sitandu. Pada umur 55 hari, varietas ini sudah memasuki waktu panen dengan produktivitas per hektare mencapai 12 ton. Saat ini, produktivitas bawang merah di Banten masih 6,2 ton per hektare.

Budi daya bawang merah tersebut tersebar di Kabupaten Serang (Kecamatan Kramatwatu dan Kecamatan Baros), Kabupaten Pandeglang (Kecamatan Panimbang dan Kecamatan Cimanuk) serta Kabupaten Tangerang (Kecamatan Rajeg, Kecamatan Sepatan, Kecamatan Sepatan timur, dan Kecamatan Pasar Kemis).

Untuk demplot melon yang ditanam adalah varietas Golden Melon Alisha. Pada usia 65 hari, varietas ini sudah memasuki waktu panen dengan produktivitas hingga 30 ton per hektare, berbobot 0,8 kg hingga 2,5 kg per butir. Keunggulan melon varietas ini memiliki buah dengan tekstur renyah serta rasa manis yang segar.

Baca juga: Program ketahanan pangan kawasan pesisir Tangerang-Banten diperkuat

Ongkir gratis

Pengembangan melon di Provinsi Banten tersebar di Kota Cilegon (Purwakarta, Ciwandan, Pulo Merak, Cilegon, Cibeber, serta Citangkil), Kabupaten Serang (Waringin Kurung, Cikeusal, Walantaka, serta Ciruas) dan Kabupaten Tangerang di Kecamatan Teluk Naga.

Sedangkan di Kawasan Sistem Pertanian Terpadu (Sitandu) merupakan suatu konsep pertanian berorientasi agribisnis dengan mengkombinasikan beberapa kegiatan pertanian dalam arti luas, seperti pertanian tanaman pangan, peternakan, hortikultura, serta perkebunan dalam bentang lahan atau kawasan.

"Sitandu memiliki visi menjadi pusat alih teknologi pertanian dan pusat percontohan pertanian terpadu di Banten," kata Agus M Tauchid.

Sementara Dinas Ketahanan Pangan dan Penyuluh Provinsi Banten memberikan kemudahan bagi masyarakat di Provinsi Banten untuk mendapatkan kebutuhan pokok di masa pandemi, salah satunya dengan memberikan layanan pesan-antar melalui Toko Tani Indonesia Central Daerah (TTICD) Banten, bekerja sama dengan Gojek.

Sejak awal masa pandemi COVID-19 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten bekerja sama dengan Gojek untuk memberikan layanan pesan antar kebutuhan pokok bagi masyarakat.

Kebutuhan pokok tersebut disediakan oleh toko tani Indonesia daerah Banten yang dikelola Badan Ketahanan Pangan Provinsi Banten. Kebutuhan pokok yang disediakan di antaranya beras, telur, bawah merah, bawang putih, minyak, gula dan kebutuhan pokok lainnya.

Selain mudah untuk mendapatkan kebutuhan pokok tersebut tanpa harus ke luar rumah karena masih dalam masa pandemi COVID-19, harganya juga di bawah harga pasar. Kemudian, bagi warga yang jaraknya maksimal 15 kilometer dari toko tani Indonesia, tidak ada ongkos kirim alias gratis.

Bagi warga yang membutuhkan bahan pokok bisa memesan melalui aplikasi gofood dan barang yang dipesan bisa diantar langsung oleh Gojek ke lokasi pemesan tanpa ongkos kirim jika lokasinya maksimal 15 kilometer dari gudang toko tani Indonesia daerah Banten yang ada di Kota Serang.*

Baca juga: Masyarakat Baduy optimalkan pangan antisipasi krisis ekonomi

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021