Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengemukakan konsep insinerator skala kecil untuk pabrik dan perkantoran untuk melakukan pengolahan limbah medis hasil dari penanganan COVID-19.

"Kenapa kami dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik melakukan penelitian itu karena melihat adanya potensi sampah karena semakin banyak pasien COVID-19, maka pasti sampah semakin banyak," ujar Arifin Nur, peneliti dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, dalam diskusi soal penanganan limbah masker COVID-19 di Jakarta pada Selasa.

Menurut Arifin, latar belakang penelitian itu karena peningkatan jumlah limbah medis di berbagai fasilitas layanan kesehatan serta masih terbatasnya fasilitas pengolahan limbah medis, yang masuk kategori bahan berbahaya dan beracun (B3).

Perancangannya sendiri diharapkan memiliki kelebihan seperti temperatur pembakaran yang dapat konstan pada suhu yang diinginkan, memakai bahan bakar LPG yang lebih banyak di pasaran, cepat mencapai temperatur kerja yang diinginkan, emisi gas buang rendah, harga jual dan biaya perawatan murah serta teknologi mudah dipahami.

Baca juga: LIPI jelaskan metode daur ulang masker untuk tangani limbah medis

Baca juga: KLHK larang pembuangan limbah medis di TPA sampah rumah tangga


Arifin dan tim dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mektronik telah mulai membangun prototipe dan saat ini sedang menjalankan tes api.

Prototipe itu memiliki volume ruang (chamber) 100 liter dengan tingkat pembakaran 70 liter per jam, atau tergantung terhadap material bahan limbah medis. Maksimal temperatur ruang pembakaran 1.000 derajat Celcius.

Dia mengakui terdapat beberapa kendala untuk insinerator skala kecil itu seperti perlunya pelatihan pengoperasian dan penggunaan alat, perizinan dan manajemen dari pengoperasian, potensi dampaknya terhadap lingkungan dan penanganan limbah sisa insinerasi.

Insinerator skala kecil itu itu adalah bagian dari inovasi LIPI untuk membantu mengatasi limbah alat pelindung diri (APD) yang meningkat karena COVID-19.

Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Agus Haryono mengatakan selain insinerator, terdapat pula riset perihal daur ulang limbah masker, instalasi pengolahan air limbah dengan plasma nanobubble, serta alat penghancur jarum suntik.

Menurut Agus, penelitian itu adalah bagian dari usaha LIPI untuk berkolaborasi agar hasil riset dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.

"Kolaborasi, kerja sama, sinergi ini akan mempercepat hilirisasi dari sains, teknologi dan inovasi. Kemudian juga diperlukan agar inovasi ini bisa tepat sasaran," ujar Agus.*

Baca juga: KLHK perbanyak fasilitas pengolahan limbah medis

Baca juga: LIPI: Rekristalisasi bisa jadi solusi daur ulang sampah medis

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021