Denpasar (ANTARA) - Sebanyak 27 pelukis melakukan pameran yang bertajuk "Move On" di tengah pandemi COVID-19 yang di selenggarakan di Bidadari Art Space Gianyar, Bali selama sebulan hingga 13 Maret 2021.

"Move on penting dilakukan pada masa pandemi. Artinya kita terus bergerak, terus berubah, tidak kekal. Ketidakkekalan menempati inti pemikiran Buddha dan merupakan norma di dunia. Semuanya terus berubah. Pandemi ini telah mendorong transisi besar bagi semua orang, termasuk mereka yang mencari nafkah pada seni," kata pemilik Bidadari Art Space, Hiromi Wada di Desa Mas Ubud, Gianyar, Bali, Selasa.

Baca juga: Waskita Karya dukung Pasar Seni Lukis di area Tol Pejagan-Pemalang

Para pelukis mengambil momentum "Valentine", dikaitkan dengan situasi bangsa saat ini.

"Valentine sesungguhnya tak hanya sempit bermakna cinta kasih dua pasangan tetapi bisa dimaknai lebih luas, yakni kasih sayang yang hakiki terhadap sesama dan alam lingkungan," kata Hiromi.

Terlebih, ketika warga dunia sedang berjuang menghadapi pandemi COVID-19, menabur spirit kasih sayang, suatu keniscayaan. Ketika wabah pandemi makin meluas, tak ada kata lain selain bergotong-royong menanggulangi pandemi, saling menjaga, dan saling membantu.

Pandemi COVID-19 tak menyurutkan semangat para seniman untuk terus berkarya, kendati ekonomi terpuruk akibat pandemi, para perupa justru tetap produktif menggali ide-ide baru, diwujudkan dalam karya rupa. Demikian juga pemilik galeri tetap berupaya menjaga atmosfir seni rupa dengan membantu memamerkan karya para perupa dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan (prokes).

Baca juga: Seniman wanita Asia Tenggara tuangkan kehidupan digital lewat seni

Pameran diikuti 27 orang perupa tetap menerapkan prokes ketat, yaitu memakai masker, menjaga jarak atau menghindari kerumunan dan mencuci tangan.

Para pelukis yang terlibat adalah Made Wiradana, Kadek Armika, Nyoman Sujana Kenyem, Romi Sukadana, Anyon Muliastra, Dedy Reru, Loka Suara, Wijaya Sutha, Duatmika Bodrex, Made Arya Palguna, I Ketut Tenang, I Wayan Sudarna Putra, Made Suparta Wijaya, I Made Subrata, I Kadek Dedy Sumantra Yasa, Ito Joyo Atmojo, I Ketut Suwidiarta, Made "Kaek" Dharma Susila, Putu Bonuz Sudiana, Teguh Ritma Iman, I Made Dolar Astawa, I Kadek Susila Dwiyana, Ponk Hantaguna, Nyoman Adiana, Kamau Abayomi, Handy Saputra dan I Gede Made Surya Darma.

"Move on" merupakan penerjemahan sebuah kebangkitan di tengah situasi pandemi COVID-19. Para perupa hadir membawa optimisme. Mereka berbagi cerita lewat bahasa rupa dan mencoba membuka ruang kontemplasi dan apresiasi, sehingga muncul kegairahan baru pada era baru, untuk selalu bergerak, move on, berkarya dan mengambil hikmah positif dari pandemi.

Sementara itu I Gede Made Surya Darma, Founder Lepud Art Management mengatakan pada masa pandemi ini tentu semua pihak merasakan kegelisahan dan kekhawatiran yang sama, entah kapan kondisi pelik ini berakhir.

Lepud Art Management mencoba berbagi cerita dalam karya seni tentang kegelisahan kawan-kawan seniman melalui pameran seni rupa bertema "Move On" ini. Tema itu diambil untuk mengajak kita semua, para seniman dan penikmat seni, agar bangkit dari keterpurukan di masa pandemi ini. Dengan kemajuan teknologi, kita mencoba beradaptasi dengan keadaan. Dengan adanya pandemi ini, kita saling berbagi cerita, dalam kegiatan kesenian.

"Berbekal pengalaman berorganisasi membuat festival dan pameran seni rupa, kami hadir bergandengan tangan dengan semua pihak untuk menjaga atmosfir berkesenian. Kali ini kami bergandengan tangan dengan Bidadari Art Space. Atas terselenggaranya pameran ini kami haturkan ucapan terima kasih kepada Ibu Hiromi Wada dan Bapak Made Sudiana yang sudah memfasilitasi pameran," ucapnya.



Baca juga: Raphael ubah bentuk hidungnya dalam potret diri

Baca juga: Pelukis Jumaldi Alfi jadikan masa pandemi sebagai momen kontemplasi

Baca juga: Pengrajin seni lukis di Bali pasarkan masker hingga mancanegara

Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021