Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Bencana pergerakan tanah di Kampung Ciherang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat semakin masif, bahkan di beberapa titik pada Sabtu ini ditemukan lokasi longsoran dan anjlokan tanah yang bisa mengancam keselamatan warga sekitar.

"Setiap harinya tanah di Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, ini tanah terus bergerak mulai dari longsor hingga amblas, bahkan retakan tanah terus melebar yang mengakibatkan rumah warga banyak yang amblas dan rusak berat," kata relawan ProBumi Indonesia Asep Has di Sukabumi, Sabtu.

Adapun data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi bencana yang melanda Kampung Ciherang mengakibatkan 21 rumah terdampak mulai dan sudah tidak bisa dihuni lagi.

Puluhan rumah tersebut ditempati 24 kepala keluarga (KK) dengan jumlah jiwa sebanyak 58 orang. Sementara untuk rumah yang terancam bencana pergerakan tanah sebanyak 108 unit yang dihuni 122 KK atau 392 jiwa.

Baca juga: Relokasi mandiri disiapkan bagi warga korban tanah bergerak di Lebak

Baca juga: Bupati tinjau lokasi Tanah Bergerak di Lamkleng


Dampak dari bencana itu pun sebanyak 57 KK atau 170 jiwa mengungsi dengan rincian 20 KK atau 66 jiwa mengungsi di bangunan SD yang berada di daerah tersebut dan sisanya atau 37 KK (104) mengungsi di rumah kerabatnya.

Tidak hanya fasilitas milik warga yang rusak dan terancam, fasilitas umum yang berada di Kampung Ciherang seperti SDN Ciherang, masjid, MCK, mushala dan lainnya terancam, bahkan jika pergerakan tanah semakin masif tidak menutup kemungkinan fasilitas lainnya ikut terdampak.

Menurutnya, retakan tanah di kampung itu rata-rata sekitar satu sampai lima meter dengan kedalaman berbeda antara 0,5 hingga tuijuh meter dan jalan lingkungan yang dari arah Jalan Cibodas ke Ciherang sudah mulai hancur.

Ditambah adanya tebing yang setiap harinya mengalami longsor serta retakan di jalan tersebut terus melebar dan memporak porandakan jalan penghubung antar desa itu, sehingga sudah sulit dilalui kendaraan khususnya roda empat.

Antisipasi hal yang tidak diinginkan sebanyak 14 rumah terpaksa harus dibongkar karena amblas akibat retakan tanah semakin melebar. Rumah-rumah yang terpaksa harus diratakan dengan tanah ini sudah tidak bisa dihuni.

"Kondisi pergerakan tanah masih ada dan sekarang lebih aktif karena di beberapa lereng ada longsoran serta anjlokan semakin masif, bahkan warga pun berulang kali dikejutkan dengan adanya suara dentuman dari sekitar lokasi bencana," ujar Asep.

Sementara, Plh. Bupati Sukabumi Zainul mengatakan dari hasil kajian yang dilakukan tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bencana pergerakan tanah di Kampung Ciherang masuk dalam kategori sedang hingga tinggi.

PVMBG merekomendasikan agar warga yang tinggal di lokasi bencana untuk direlokasi, maka dari itu pihaknya saat ini telah berkoordinasi dengan instansi lainnya dan menetapkan untuk tempat relokasi warga menggunakan lahan milik PTPN.

"Kami saat ini sedang menyiapkan berbagai hal, khususnya saranan hunian sementara untuk warga terdampak bencana, agar mereka tidak lama tinggal di pengungsian yang kurang layak," katanya.*

Baca juga: Pemkab Garut tunggu PVMBG untuk relokasi korban pergerakan tanah

Baca juga: BPBD Banjarnegara ingatkan warga waspada tanah bergerak saat hujan

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021