Saat puncak bonus demografi yang dipredikasi pada 2036 akan ada banyak lulusan sarjana, kondisi ini tentu berbeda dengan beberapa tahun ke belakang yang angkanya terbatas
Jakarta (ANTARA) - Ketua Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh mengatakan bahwa bonus demografi yang tengah dan akan berlangsung harus dimanfaatkan untuk memperkuat perwakafan nasional sebagai pintu gerbang memperkuat kesejahteraan bangsa.

"Jadi, anak-anak usia kerja itu jumlahnya naik dan pada puncaknya nanti diperkirakan 70 persen. Kalau populasi umat ini kira-kira 87 persen maka anak muda pun jumlahnya akan kira-kira 87 persen Muslim," katanya saat meresmikan Pusat Antar-Universitas (PAU) yang dipantau secara virtual di Jakarta, Kamis.

Menurut dia angka populasi usia produktif akan terus naik, dimulai tahun ini hingga puncaknya pada 2036 mendatang. Jumlah usia kerja akan naik dan diperkirakan tumbuh hingga 70 persen.

Belum lagi angka mobilitas vertikal di bidang pendidikan. "Saat puncak bonus demografi yang dipredikasi pada 2036 akan ada banyak lulusan sarjana, kondisi ini tentu berbeda dengan beberapa tahun ke belakang yang angkanya terbatas," katanya.

Di samping itu, angka kesejahteraan umat Islam terus mengalami kenaikan. Hal itu ditandai dengan menjamurnya sekolah-sekolah berbasis Islam yang bayarannya mahal tetapi sangat digandrungi masyarakat.

"Artinya, kelompok menengah akan semakin besar. Ini potensi untuk menjadi wakif (pihak yang memberikan wakaf). Karena pendidikannya juga baik maka itu adalah potensi untuk menjadi bagian dari penebar kebajikan itu," katanya.

Baca juga: Pemerintah jalankan lima strategi untuk memanfaatkan bonus demografi

Baca juga: Hanya 13 persen bonus demografi Indonesia lulusan perguruan tinggi


Ia menambahkan selain bonus demografi, momentum yang juga mesti dimanfaatkan yakni bonus digital. Di era saat ini, masyarakat seolah dipaksa untuk hidup di era digital dan secara perlahan bertransformasi agar tidak tertinggal perkembangan zaman.

Karena itu, kata dia, penguatan wakaf yang dilakukan BWI harus pula hadir dalam sendi-sendi kehidupan digital demi kemaslahatan umat.

"BWI pun sekarang sedang melakukan transformasi digital itu. Nah momentum yang lain adalah keberagamaan atau tingkat religiusitas atau kesadaran beragama juga semakin naik dan baik," katanya.

Maka dari itu, dengan hadirnya PAU diharapkan menjadi pionir terciptanya digitalisasi data wakaf yang terintegrasi dalam satu database nasional bisa diakses semua elemen masyarakat sehingga tercipta transparansi data pengelolaan wakaf yang mampu meningkatkan kepercayaan publik terhadap pengelolaan wakaf.

"Untuk membantu literasi dan sosialisasi wakaf, sudah saatnya melakukan migrasi transformasi digital system untuk perkembangan perwakafan nasional guna meningkatnya kepercayaan masyarakat dan akuntabilitas 'nazhir'," demikian Mohammad Nuh.

Baca juga: BWI dan Kemenkeu tegaskan wakaf uang tidak masuk ke kas negara

Baca juga: Ketimbang zakat, potensi wakaf untuk kesejahteraan umat lebih besar

Baca juga: Wapres dorong BWI lakukan diversifikasi harta wakaf

Baca juga: Kepala BKKBN sebut bonus demografi harus dimanfaatkan dongkrak ekonomi



 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021