Surabaya (ANTARA) - Busa yang dalam beberapa hari terakhir muncul di Sungai Tambak Wedi di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, terjadi akibat cemaran limbah rumah tangga menurut pejabat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat.

Kepala Seksi Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Lingkungan Hidup DLH Kota Surabaya Ulfiani Ekasari di Surabaya, Selasa, mengatakan bahwa sekitar 80 persen dari polutan yang masuk ke Sungai Tambak Wedi berasal dari rumah tangga.

"Hal itu yang kemudian menyebabkan muara sungai berbusa karena kandungan surfaktan menurunkan tegangan pada permukaan air," katanya.

"Nah, surfaktan ini akan menurunkan tegangan permukaan ketika ada pengadukan atau misal dari pompa yang jalan dan sebagainya. Jadi karena ada polutan yang masuk terutama dari organik detergen, sehingga kalau ada pengadukan itu timbul busa," ia menambahkan.

DLH, menurut dia, memantau dan memeriksa busa yang muncul di muara Sungai Tambak Wedi dan menyimpulkan bahwa polutan itu berasal dari rumah tangga.

"Sungai Tambak Wedi rutin kita ambil sampling. Kemarin kita sudah susuri bersama pihak kepolisian juga. Pengendalian memang harus dilakukan dari sumbernya, rumah tangga," katanya.

Dalam upaya mencegah pencemaran sungai, ia mengatakan, Pemerintah Kota Surabaya telah mendorong masyarakat membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal.

"Total IPAL komunal di Surabaya ada sekitar 200-an. Tujuannya untuk mengendalikan polutan yang ada di rumah tangga, dari greywater (air bekas mandi, cuci, kaskus)," kata Ulfiani.

Selain itu, ia melanjutkan, DLH berusaha memastikan perusahaan-perusahaan yang berada di dekat aliran sungai memiliki IPAL saat mengajukan izin operasi.

"Kami juga melakukan pengawasan yang ketat," katanya.

Pemerintah kota, menurut dia, juga membantu pembangunan IPAL di puskesmas serta sentra usaha. 

"Tujuannya untuk mengendalikan polutan yang masuk ke sungai," katanya.

Namun demikian, Ulfiani menekankan, upaya yang paling efektif untuk mencegah pencemaran sungai adalah mengelola limbah rumah tangga. 

Dia juga mengemukakan pentingnya sinergi antar-pemerintah daerah dalam mengatasi masalah pencemaran sungai.

"Kalau terkait dengan sungai kita tidak bisa kerja sendiri, karena harus menyeluruh, dengan kabupaten atau kota lain," katanya. 

Baca juga:
Busa di Sungai BKT berasal limbah detergen rumah tangga
Sungai di Sidoarjo tertutup busa

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021