Cibinong, Bogor (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, meminta para Ketua RT dan RW di wilayahnya agar memperkuat peran dalam identifikasi dini gerakan radikal.

"RT dan RW menjadi garda terdepan dalam mengidentifikasi permasalahan yang sekiranya akan menimbulkan gejolak seperti ini, termasuk mengidentifikasi gerakan-gerakan yang sifatnya radikalis," ungkap Ketua Harian MUI Kabupaten Bogor Saepudin Muhtar alias Gus Udin di Cibinong, Bogor, Senin.

Ia berharap momentum kenaikan insentif para Ketua RT dan RW Kabupaten Bogor di tahun ini menjadi semangat menghindarkan warganya dari gerakan radikal, seperti bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3).

Baca juga: Bupati Bogor naikkan insentif Ketua RT dan RW jadi Rp6 juta

Gus Udin menyebutkan bahwa MUI Kabupaten Bogor mengutuk keras atas peristiwa bom bunuh diri di depan bangunan Gereja Katedral itu.

"Kami mengutuk keras dengan adanya tindakan radikal seperti itu, itu tidak dibenarkan," kata pria yang juga merupakan Komite Percepatan Pembangunan Strategis Kabupaten Bogor itu.

Baca juga: Soal bom Makassar, MUI Maluku seru masyarakat tingkatkan kewaspadaan

Seperti diketahui, Bupati Bogor, Jawa Barat, Ade Yasin menaikkan insentif para Ketua RT dan RW di wilayahnya menjadi Rp6 juta dalam setahun.

"Saya tambahkan insentif Ketua RT dan RW yang tadinya Rp300 ribu menjadi Rp500 ribu per orang per bulan," kata Ade Yasin.

Menurut dia, untuk memberikan insentif kepada 18.952 Ketua RT dan RW se-Kabupaten Bogor, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor menyiapkan anggaran senilai Rp113,7 miliar dalam APBD tahun 2021.

Baca juga: Densus 88 geledah rumah pelaku bom Katedral di Makassar

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021