Masih belum aman dan warga desa belum berani kembali ke desa
Mae Sam Laep (ANTARA) - Lebih dari selusin orang yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar diizinkan menyeberang ke desa perbatasan Thailand pada Selasa untuk menerima perawatan medis, saat Kementerian Luar Negeri Thailand membantah memiliki kebijakan untuk menolak pengungsi.

Seorang pejabat kesehatan di Desa Mae Sam Laep mengatakan orang-orang yang tiba dengan perahu melintasi Sungai Salween, yang menandai perbatasan, adalah etnis Karen yang menentang kudeta militer Myanmar pada Februari.

Namun, seorang pejabat lain di daerah itu, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters bahwa tentara Thailand masih mengirim kembali sebagian besar dari mereka yang melarikan diri dari Myanmar karena menganggap situasi di perbatasan aman.

Baca juga: ICRC prihatin atas jumlah korban jiwa dan luka-luka di Myanmar
Baca juga: 50 pemrotes terbunuh di Myanmar pada "hari aib angkatan bersenjata"


Pada Selasa, warga desa Myanmar Kyaw Lar Bri (48) mengatakan dia terkena pecahan bom dari serangan udara pekan lalu sebelum melarikan diri ke hutan dan kemudian naik perahu untuk menyeberangi sungai ke Mae Sam Laep bersama dengan enam orang terluka lainnya.

“Masih belum aman dan warga desa belum berani kembali ke desa,” kata dia.

Perempuan lain yang menerima perawatan di Thailand tampaknya memiliki luka parut dan lecet di wajahnya.

Aktivis menuduh Thailand mendorong ribuan calon pengungsi kembali ke Myanmar, merilis video yang diterbitkan oleh Reuters tentang orang-orang yang menaiki perahu di tepi sungai di bawah pengawasan tentara Thailand.

Pejabat Thailand membantah laporan tersebut pada Senin (29/3), tetapi seorang pejabat distrik di dekat perbatasan mengatakan pada pertemuan lokal pada hari yang sama bahwa orang-orang yang melarikan diri dari Myanmar harus diblokir.

Pemberontak dari berbagai kelompok etnis telah memerangi pemerintah pusat Myanmar selama beberapa dekade untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar. Meskipun banyak kelompok telah setuju untuk gencatan senjata, pertempuran telah berkobar dalam beberapa hari terakhir antara tentara dan pasukan di timur dan utara.

Bentrokan besar meletus pada akhir pekan di dekat perbatasan Thailand antara tentara dan pejuang dari pasukan etnis minoritas tertua Myanmar, Persatuan Nasional Karen (KNU), yang juga mengecam kudeta tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Tanee Sangrat mengatakan pada Selasa bahwa tidak ada kebijakan untuk menolak pengungsi.

Ia menambahkan, terkadang pengungsi secara sukarela kembali ke Myanmar.

Sumber: Reuters

Baca juga: Korban tewas dalam unjuk rasa Myanmar lampaui 500 jiwa
Baca juga: Menlu Prancis: Militer Myanmar bersalah atas kekerasan 'membabi buta'

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021