Banjarmasin (ANTARA) - Sebanyak 700 bibit pohon enau atau aren ditanam pecinta lingkungan Forum Komunitas Hijau (FKH) Balangan di kawasan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) dan kawasan Bendungan Pipitak Jaya, Kecamatan Piani, Kabupaten Tapin.

Ketua FKH Kalsel Mohammad Ary di Tapin, Jumat, menyatakan pengembangan pohon aren di berbagai kawasan Kalsel untuk mengembalikan hutan aren mengingat belakangan pohon aren kian langka saja.

Dikatakannya, para pemuda dari FKH tersebut dibantu oleh penggiat lingkungan yang ada di Kalimantan Selatan, karena penanaman dilakukan setelah adanya kegiatan pembinaan kemitraan antara pemerintah, perguruan tinggi, dan komunitas yang diselenggarakan Balai Wilayah Sungai (BWS) III Kalimantan.

Baca juga: Saat pandemi, BPBD Gorontalo produksi penyanitasi tangan dari nira

Baca juga: BPBD dorong pemda di NTT tanam pohon sukun dan aren


Penanaman pohon aren tersebut dimulai di kawasan wisata Loksado, seperti sekitar resort Alam Roh dan pinggiran jalan raya di sekitar tersebut.

Kemudian penanaman dilanjutkan ke kawasan resapan air Bendungan Pipitak Jaya, Piani tapin, dalam pengembangan enau di kawasan tersebut dibantu oleh damang atau tetuha adat setempat, Bapak Pambalum.

Pohon aren memiliki segudang manfaat yang bisa mensejahterakan masyarakat, dan bisa menjadi mata pencarian di kemudian hari.

Aren selain menghasilkan gula merah dan gula semut, juga bisa menghasilkan minuman nira, cuka lahang, juruh, bahkan bisa menjadi tuak.

Batang aren juga banyak manfaat, bisa dibuat kayu lantai rumah, ijuk bisa dibuat sapu dan tali ejok, ada lumuh untuk penambal perahu bocor, lidi, dan humbut untuk sayuran.

Bahkan nira dari aren konon juga bisa menjadi obat untuk menyehatkan badan manusia.

Selain aren, ditanam juga kayu manis, sintok, binjai, durian dan beberapa jenis pohon lain lagi.*

Baca juga: Aren solusi tangkal bencana banjir Bengawan Solo

Baca juga: Pohon aren diklaim turunkan suhu di Samboja Kaltim

Pewarta: Gunawan Wibisono/Hasan Zainudin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021