Kupang (ANTARA) - Sebanyak sembilan unit rumah warga pada sejumlah desa di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, ambruk akibat diterjang banjir pesisir (rob) di wilayah setempat.

Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli ketika dihubungi dari Kupang, Sabtu, mengatakan, selain sembilan unit rumah warga yang ambruk, peristiwa rob yang terjadi pada Jumat (2/4), juga mengakibatkan puluhan rumah warga lainnya terendam air laut.

"Banyak rumah warga terdampak air laut pasang setinggi dua hingga tiga meter," katanya.

Baca juga: BMKG: Waspadai banjir pesisir dampak ombak tinggi dan pasang maksimum

Banjir rob tersebut melanda sejumlah desa yang tersebar di Kecamatan Adonara di antaranya Desa Adonara,Desa Duanura, Desa Homa dan Desa Waiwadan di Kecamatan Adonara Barat.

Agustinus mengatakan telah meninjau langsung kondisi warga terdampak rob bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Dinas Sosial untuk mengetahui situasi lapangan.

Baca juga: BMKG ingatkan potensi rob pesisir Surabaya akhir Januari

Ia meminta warga terutama di desa-desa pesisir agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem saat ini.

Sementara itu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat agar mewaspadai adanya fenomena banjir pesisir (rob) di sebagian wilayah NTT yang diprediksi terjadi selama 1-3 April 2021.

Baca juga: Superposisi gelombang air pasang di Manado diprediksi masih terjadi

"Banjir pesisir berpotensi terjadi akibat aktivitas pasang surut air laut, kondisi gelombang tinggi dan angin kencang, serta curah hujan tinggi saat ini," kata Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Syaeful Hadi ketika dihubungi terpisah.

Fenomena rob diprediksi terjadi di sebagian wilayah NTT di antaranya pesisir utara Pulau Flores dan Pulau Alor, pesisir utara maupun selatan Pulau Timor dan Pulau Rote.

Baca juga: Puluhan rumah warga di Belitung terendam banjir

Selain itu ancaman rob juga terjadi di pesisir Pulau Sumba serta pesisir Pulau Sabu dan Pulau Raijua.

Syaeful mengatakan kondisi ini dapat berdampak pada terganggunya transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir, aktivitas petani garam dan perikan darat, serta bongkar muat di pelabuhan.

Oleh karena itu ia mengimbau masyarakat di provinsi berbasiskan kepulauan ini agar selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi ancaman banjir pesisir.

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2021