Pekanbaru (ANTARA News) - Kota Dumai, Riau kini telah menjelma menjadi pintu masuk utama narkotika dan obat-obatan terlarang atau narkoba yang berada di Pulau Sumatera dengan melibatkan sindikat peredaran internasional di dalam negeri.

"Kita sangat prihatin melihat perkembangan terakhir bahwa pelabuhan di Dumai telah menjadi pintu masuk utama pintu masuk sekaligus tempat transit narkoba dari luar negeri," ujar Kepala Badan Narkotika Provinsi Riau, Mambang Mit, di Pekanbaru, Minggu.

Berdasarkan data dan fakta di lapangan, dalam kurun waktu enam bulan terakhir instansi terkait Bea dan Cukai serta kepolisian di Dumai berhasil mengamankan kiloan gram narkoba jenis sabu-sabu yang dibawa masuk melalui jalur laut dengan menumpang kapal feri dari Malaysia.

Penangkapan dilakukan pada 31 Januari 2010 , pihak Polresta Dumai bersama Bea dan Cukai menggagalkan upaya penyelundupan sabu-sabu sebesar 174 gram atau senilai Rp348 juta yang dibawa MR warga Pekanbaru.

Sehari kemudian aparat kepabeanan kembali menggagalkan penyeludupan ekstasi sebanyak 1.000 butir dan 107 gram ketamine dengan total senilai Rp3,2 miliar yang dibawa seorang pria berinisial ES warga Bagansiapi-api.

Lalu pada 12 Februari 2010, kembali penyelundupan sabu-sabu seberat 3,252 kilogram senilai Rp6 miliar yang dibawa lelaki warga negara Indonesia bernama Razali Puteh juga berhasil digagalkan, kemudian pada 30 Mei seorang tersangka pembawa 3,25 kilogram opium (bahan dasar pembuat sabu-sabu) senilai 6,5 miliar juga berhasil diamankan.

Terakhir kali pada 11 Juni 2010, petugas Bea dan Cukai menggagalkan upaya penyeludupan saba-sabu seberat enam kilogram senilai Rp12 miliar berikut seorang kurir pria.

"Dengan kondisi yang demikian itu, kita berharap polisi juga bisa mengusut tuntas jaringan berikut siapa saja pelaku yang terlibat terutama mereka yang ada di Riau, karena mustahil barang itu bisa masuk tanpa ada aktor utama di Riau," ujar Mambang Mit .

Sebelumnya Kapolresta Dumai, AKBP Hersadwi Hendarso mengaku kesulitan mengungkap jaringan internasional peredaran narkoba khususnya di Kota Dumai karena masih minimnya partisipasi masyarakat lokal dalam memburu pelaku utama dari jaringan yang ada.

"Hanya segelintir warga yang mau menginformasikan kepada kami mengenai peredaran narkoba di masyarakat dengan dua sampai lima kasus pengaduan barang haram itu, padahal untuk memberantas narkoba tidak bisa sepenuhnya dilakukan polisi tanpa melibatkan semua elemen masyarakat," ujarnya.
(T.M046/A011/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010