Tokyo (ANTARA) - Saham Tokyo ditutup melemah pada Kamis karena meningkatnya kekhawatiran atas kebangkitan kembali kasus COVID-19 domestik membuat aksi berburu saham murah mereda di tengah kekhawatiran atas pendapatan perusahaan yang akan datang dan prospek pemulihan ekonomi yang lebih luas.

Indeks Nikkei 225 kehilangan 21,81 poin, atau 0,07 persen, dari Rabu menjadi ditutup pada 29.708,98.

Indeks Topix yang lebih luas atas semua saham di papan utama Bursa Efek Tokyo, sementara itu, turun 15,57 poin, atau 0,79 persen, menjadi berakhir pada 1.951,86.

Broker lokal mengatakan bahwa meningkatnya kasus COVID-19 domestik mempengaruhi suasana pasar dengan kekhawatiran bahwa pembatasan lebih lanjut dapat mempengaruhi kecepatan pemulihan ekonomi, terutama jika sektor jasa terus dilumpuhkan.

"Investor telah memperkirakan situasi infeksi sampai batas tertentu di Tokyo dan Osaka, tetapi kekhawatiran sekarang berkembang bahwa penyebaran virus akan meluas ke wilayah Jepang lainnya," kata Yutaka Miura, analis teknikal senior di Mizuho Securities Co.

Yuriko Koike, gubernur Tokyo, mengatakan pada Kamis bahwa pemerintah metropolitan akan mengambil langkah-langkah yang lebih kuat untuk melawan kebangkitan kasus COVID-19 di ibu kota negara itu, dengan langkah-langkah tersebut kemungkinan akan berlangsung selama liburan Golden Week dari akhir April hingga awal Mei, yang mrupakan periode puncak untuk perjalanan domestik.

Prefektur lain yang dapat dikenakan pembatasan yang lebih ketat, yang akan diselesaikan oleh pemerintah pada hari Jumat, adalah prefektur Saitama dan Kyoto.

Prefektur Osaka, sementara itu, mengumumkan keadaan darurat medis pada hari Rabu karena sistem perawatan kesehatan di kawasan itu menghadapi ketegangan yang parah karena kasus COVID-19 harian baru telah melampaui Tokyo dalam beberapa hari terakhir.

"Saham rawan untuk dijual juga karena investor mengamati apakah perusahaan mulai memiliki pandangan yang lebih berhati-hati tentang pendapatan mereka untuk tahun fiskal mulai April, mengingat ada harapan untuk pemulihan yang kuat," kata Miura.

Analis lain mengatakan bahwa lebih banyak pembatasan yang diberlakukan pada bisnis atau pergerakan orang sebagai akibat dari meningkatnya kasus COVID-19 di negara tersebut dapat menunda pemulihan dalam industri layanan.

"Ekuitas Jepang mungkin melambat relatif terhadap pasar lain," kata Masayuki Kichikawa, kepala strategi makro di Sumitomo Mitsui Asset Management Co.

"Pasar menempatkan banyak penekanan pada ukuran stimulus fiskal dan tingkat vaksinasi. Lebih banyak pembatasan akan menjadi faktor negatif karena akan menunda pemulihan dalam konsumsi jasa," kata Kichikawa.

Pada akhir perdagangan, penurunan dipimpin oleh saham-saham transportasi udara, tekstil dan pakaian jadi, dan perbankan.

Saham-saham terkait transportasi melemah di tengah kekhawatiran meningkatnya kasus COVID-19 dapat mengakibatkan berkurangnya pergerakan selama hari libur nasional Golden Week mendatang.

Akibatnya, Japan Airlines turun 3,3 persen dan West Japan Railway turun 2,8 persen.

Toshiba Corp kehilangan 0,4 baru-baru ini, setelah hari sebelumnya mengumumkan tawaran 20 miliar dolar AS dari CVC Capital Partners untuk menjadikannya perusahaan tertutup yang tidak terdaftar di bursa.

Saham-saham teknologi tinggi mendapat dukungan karena investor masih mencari barang murah, dengan Tokyo Electron bertambah 1,2 persen, sementara Taiyo Yuden naik tipis 0,2 persen pada penutupan.

Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. mencatatkan kinerja buruk, turun 2,5 persen, bersama dengan Takeda Pharmaceutical Co. Ltd. merosot 3,1 persen pada penutupan.

Jumlah saham yang turun melebihi yang naik dengan 1.883 berbanding 285 di papan utama, sementara 22 berakhir tidak berubah.

Pada Kamis, 1.134,46 juta saham berpindah tangan, naik dari volume hari Rabu sebanyak 1.083,80 juta saham. Omset pada hari perdagangan terakhir kedua minggu itu mencapai 2.544,50 miliar yen (23,22 miliar dolar AS).
 

Penerjemah: Biqwanto Situmorang
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021