Jakarta (ANTARA) - Duta Besar RI untuk Swedia Kamapradipta Isnomo membahas mengenai perdagangan dua arah, investasi, dan peluang Indonesia menjadi pusat produksi regional, dalam pertemuan virtual dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri Swedia Anna Hallberg.

Sebelumnya, Dubes Kama telah berdiskusi dengan sejumlah perusahaan seperti Ericsson, Scania, IKEA, dan H&M tentang peluang dan tantangan dalam mengembangkan bisnis mereka di Indonesia.

“Indonesia terbuka bagi para investor potensial yang tertarik untuk membuka basis produksi dan mengembangkan usahanya. Saya rasa ini adalah tren yang sedang berlangsung saat ini, dimana perusahaan-perusahaan tertarik untuk merelokasi basis produksi mereka ke Indonesia,” kata Dubes Kama, seperti disampaikan dalam keterangan tertulis KBRI Stockholm yang diterima di Jakarta, Jumat.

Dubes RI juga mengundang perusahaan-perusahaan Swedia untuk mengembangkan bisnis mereka dengan membangun basis dan pusat produksi regional di Indonesia, di mana hal itu sejalan dengan sejumlah insentif yang diberikan kepada perusahaan untuk mengembangkan usahanya, yang merupakan bagian dari implementasi Undang-Undang Cipta Kerja.

“H&M merupakan salah satu contoh yang baik, di mana mereka tetap menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dengan 34 mitra lokal dan hanya 0,6 persen hasil produksi yang dijual secara domestik, sedangkan sisanya diekspor,” kata Dubes Kama menjelaskan.

Lebih lanjut, dia menginformasikan kepada Menteri Swedia tentang Indonesia Investment Authority (INA) dan posisi strategis institusi tersebut dalam pendanaan proyek infrastruktur vital serta pembentukan arah pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia.

Ia juga mengundang pemangku kepentingan di Swedia baik dari kalangan pemerintah maupun swasta untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek yang dikelola INA termasuk sektor-sektor yang mendapat perhatian khusus di Swedia seperti jalan tol, bandara, pelabuhan, energi terbarukan, kota cerdas (smart city), dan pembangunan ibu kota baru.

Baca juga: Indonesia-Swedia bahas perkembangan 70 tahun hubungan bilateral

Baca juga: Kedubes Swedia dan IKEA bentuk ICCFTE dorong anak hargai makanan


Menteri Perdagangan Luar Negeri Swedia Anna Hallberg (HO-KBRI Stockholm)
Menteri Hallberg mengapresiasi inisiatif pertemuan dan agenda Dubes RI untuk memajukan peningkatan perdagangan dua arah kedua negara, serta menyoroti tentang area kerja sama yang luas sebagai tindak lanjut pertemuannya dengan Menteri Perdagangan RI pada Februari.

Hallberg juga menyampaikan kembali posisi Swedia sebagai pendukung Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa (I-EU CEPA) sebagai sarana penting bagi perdagangan dan investasi di masa depan.

Indonesia dan Swedia telah menjalin hubungan diplomatik dengan Swedia sejak 1950.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik RI, total nilai ekspor Indonesia ke Swedia pada 2020 adalah 172,3 juta dolar AS (sekitar Rp2,5 triliun) atau naik sebesar 9,6 persen dibandingkan pada 2019, sementara total nilai impor Indonesia dari Swedia pada 2020 adalah 435,1 juta dolar AS (sekitar Rp6,3 triliun) atau naik sebesar 9,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Di antara negara-negara Asia, Indonesia merupakan negara pengekspor ke-8 terbesar ke Swedia dan pengimpor ke-12 terbesar dari Swedia.

Nilai investasi Swedia ke Indonesia pada 2019 sebesar 26,3 juta dolar AS (sekira Rp382,6 miliar) dengan 115 proyek, dan pada 2020 sebesar 5 juta dolar AS (sekira Rp72,7 miliar) dengan 203 proyek, menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI.

Baca juga: Indonesia-Swedia sepakat tingkatkan kerja sama ekonomi

Baca juga: Swedia soroti potensi kerja sama transportasi dan 'smart mobility'

Baca juga: Dubes dorong perusahaan Swedia investasi di sektor kesehatan Indonesia


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2021