Mataram (ANTARA) - Importir di Mesir meminta dikirimkan kopi hasil produksi petani di Nusa Tenggara Barat (NTB) sebanyak 80 ton pada Juni 2021 sesuai dengan perjanjian bisnis yang disepakati bersama pelaku usaha mitranya di provinsi setempat.

"Pukul 12.00 Wita hari ini, saya akan menandatangani kontrak pengiriman kopi jenis robusta dan arabika dengan aggregator-nya," kata Pemilik UD Berkah Alam Lalu Thoriq, usai mengikuti pelepasan ekspor 44 ton kopi robusta ke Korea Selatan, di halaman Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, di Mataram, Senin.

Ia mengatakan keberhasilan menjalin kontrak pengiriman kopi ke Mesir merupakan hasil dari promosi dagang yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB ke luar negeri secara virtual (zoom meeting) yang digelar beberapa waktu lalu.

Baca juga: NTB kembali ekspor 44 ton kopi ke Korea Selatan

Pertemuan secara virtual yang difasilitasi oleh Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB tersebut diikuti oleh Atase Perdagangan Mesir Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo, Mesir.

"Dalam pertemuan itu, Atase Perdagangan Mesir meminta langsung pengiriman biji kopi green bean," ujar Thoriq.

Pria yang pernah menjadi tenaga kerja Indonesia di Korea Selatan itu mengaku siap untuk mengirim biji kopi sebanyak 80 ton senilai Rp9 miliar sesuai permintaan mitranya.

Sebab, ia memiliki stok biji kopi sebanyak 600 ton yang tersimpan di kelompok tani binaannya di Kabupaten Lombok Utara, dan Sajang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.

Baca juga: Terkendala aturan COVID-19, ekspor 145 ton kopi Garut tertunda

"Insya Allah bulan enam atau dua bulan setelah pengiriman ke Korea Selatan, kopi NTB akan masuk pasar Mesir," ucap Thoriq yang juga pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) binaan Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB.

Sementara itu, Kepala Perwakila BI Provinsi NTB Heru Saptaji mengatakan adanya kontrak bisnis pengiriman kopi ke mesir sebagai bentuk percepatan perluasan pasar komoditas nontambang.

Menurut dia, keragaman negara tujuan ekspor menjadi sangat penting. Oleh sebab itu, pihaknya terus membuka pintu-pintu ekspor komoditas nontambang.

"Semakin banyak aternatif negara tujuan ekspor maka ketahanan pasar ekspor akan lebih terjaga karena alternatif lebih banyak. Dan pemain pelaku usaha akan semakin lebih ramai karena pemainnya para pelaku UMKM," katanya.

Pewarta: Awaludin
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021