Kashgar (ANTARA) - Imam Masjid Idkah, Mehmet Jumah, mengakui jumlah jamaah di masjid yang menjadi ikon wisata Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, China, itu mengalami penurunan sangat drastis dalam beberapa tahun terakhir.

"Mungkin karena orang-orang sibuk bekerja. Jadi jumlah jamaahnya menurun," katanya saat ditemui usai berjamaah shalat Ashar di Masjid Idkah, Senin (19/4).

Sepuluh tahun yang lalu, masjid yang dibangun pada tahun 1468 Masehi atau era Dinasti Ming itu bisa dipadati sekitar 5.000 orang setiap shalat Jumat. Sama halnya dengan jumlah jamaah pada shalat Idul Fitri dan Idul Adha di masjid yang menjadi ikon Kota Wisata Kashgar itu.

"Namun sekarang tinggal 800 hingga 900 orang," ujarnya.

Masjid berdinding warna kuning kecokelatan tersebut tetap menggelar shalat jamaah lima waktu dengan protokol ketat.

Pintu masjid itu baru dibuka pada jam-jam shalat lima waktu sejak pandemi COVID-19. Sama-sama seperti masjid-masjid lain di China, termasuk di Beijing, sebagai upaya pengendalian pandemi

Berdasarkan pengamatan ANTARA, jamaah shalat Ashar dengan saf renggang pun tidak sampai memenuhi bangunan utama masjid yang berada di tengah kawasan kota tua Kashgar.

Padahal, luas areal Masjid Idkah yang juga dikenal dengan Masjid Etigar itu mencapai 1,68 hektare.
 
Bagian luar bangunan Masjid Idkah di Kota Kashgar. ANTARA/M. Irfan Ilmie (ANTARA/M. Irfan Ilmie)


Para wisatawan yang tidak melakukan shalat lima waktu tidak diperkenankan memasuki areal masjid, kecuali hanya foto-foto di halaman luar pintu gerbang yang sangat luas.

Pada sore hari, halaman masjid dipadati warga dan wisatawan. Di sana ada berbagai jenis permainan dan hiburan, termasuk unta tunggangan yang bisa disewa pengunjung untuk berkeliling di sekitar halaman luar masjid.

Sejak dibangun pada 553 tahun silam, Masjid Idkah mengalami beberapa pemugaran dan terakhir kali dilakukan pada tahun 2011.

Selain menjadi ikon utama pariwisata Kota Kashgar, Masjid Idkah memiliki catatan kelam terkait peristiwa pembunuhan Jumah Tayer yang merupakan ayahanda dari Mehmet Jumah setelah menjadi imam shalat Subuh pada tahun 2012.

"Tidak benar, masjid-masjid di Xinjiang, termasuk Masjid Idkah ini dibongkar. Yang ada adalah dibongkar untuk diperbaiki kembali karena berusia tua," kata Jumah yang berlatar etnis minoritas Muslim Uighur itu.

Dia juga menegaskan bahwa tidak ada penutupan masjid untuk kegiatan ibadah kecuali saat Revolusi Budaya pada 1970-an dan awal-awal pandemi COVID-19.

"Siapa pun boleh shalat di sini, kecuali pegawai negeri sipil dan pengurus partai yang memang menurut peraturan tidak diizinkan," kata Jumah yang juga pimpinan Asoasi Islam Kashgar itu. 


Baca juga: Pariwisata Xinjiang bergeliat, namun belum pulih

Baca juga: Xinjiang (masih) jadi batu sandungan Indonesia-China

Baca juga: Umat Islam di Xinjiang diizinkan belajar agama


 

Kenapa Benih Separatisme Tumbuh di Xinjiang




 

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021