Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan perempuan lebih rentan terkena dampak COVID-19 karena berdasarkan studi dari McKinsey sebanyak 70 persen dari total pekerja di sektor kesehatan adalah perempuan.

“Jadi karena ini sekarang COVID-19 itu mengancam jiwa berarti perempuan is more vulnerable atau lebih rentan menghadapi itu,” katanya dalam acara bertajuk Cerita Parapuan di Jakarta, Jumat.

Tak hanya dari sisi sektor kesehatan, Sri Mulyani menyatakan pandemi yang menekan Usaha Kecil Menengah (UKM) juga memberikan dampak besar terhadap para perempuan.

Baca juga: Kemenkeu proyeksikan ekonomi RI kuartaI II tumbuh hingga 8 persen

Hal itu terjadi karena sebanyak 93 persen pekerja di sektor informal seperti UKM adalah kaum perempuan sehingga dampak pandemi lebih terasa untuk mereka.

Oleh sebab itu, Sri Mulyani menuturkan pemerintah hadir untuk membantu perempuan dalam mengatasi krisis tersebut melalui instrumen keuangan negara yaitu APBN.

Pemerintah mendukung perempuan dengan memberikan bantuan dalam program PEN khususnya pada perlindungan sosial yang memakan anggaran hingga Rp157,41 triliun dan ditujukan untuk PKH, Kartu Sembako, bansos tunai, dan lainnya.

Baca juga: Kadin: Vaksinasi menyeluruh kunci pulihkan perekonomian

Menurutnya, mayoritas bantuan sosial dalam perlindungan sosial ditujukan kepada keluarga di mana yang menerima adalah para perempuan.

Tak hanya itu, anggaran juga dialokasikan untuk memacu kebangkitan UMKM melalui program PEN khususnya dukungan UMKM seperti subsidi bunga hingga Kredit Usaha Rakyat (KUR).

“Jadi kita perlu melihat dalam lensa perempuan. Bagaimana negara melalui APBN bisa digunakan untuk mendorong, menolong dan mendukung agar mereka bisa bertahan, mereka bisa pulih dan mereka akhirnya kuat kembali,” katanya.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021