Jakarta (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mendukung upaya Kementerian Pertanian untuk menjadikan pisang sebagai salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia.

Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry di Jakarta, Kamis mengatakan jenis-jenis pisang yang ada di Indonesia sangat variatif seperti pisang cavendish, barangan, pisang tanduk, raja emas, kepok tanjung dan lain-lain, masing-masing wilayah Indonesia memiliki karakteristik pisang berbeda-beda.

"Pisang bisa menjadi komoditi ekspor unggulan karena tiap tahun trennya semakin meningkat. Permintaanya pasarnya tidak hanya di Asia, termasuk di Jepang dan negara lain," kata Fadjry dalam Bincang Buah Tropika Online #Seri Pisang yang digelar oleh Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika).

Untuk mendukung pengembangan pisang di Indonesia, tambahnya, Balibangtan melalui Balitbu Tropika terus berupaya untuk menghasilkan inovasi teknologi dan varietas-varietas unggul.

Salah satunya melalui convensional breeding telah menghasilkan varietas pisang INA 03 yang tahan penyakit layu fusarium.

Balitbangtan juga mendukung program Kementan dalam pembangunan kawasan hortikultura seperti kampung pisang untuk pengembangan pisang dari hulu ke hilir termasuk industri pengolahan pisang.

"Produk turunan pisang masih banyak yang belum kita eksplor agar memberi nilai tambah," tuturnya.

Sementara itu Direktur Buah dan Florikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Liferdi Lukman ada tiga Strategi Pengembangan Hortikultura 2021-2024 yaitu pengembangan kampung hortikultura (buah-buahan, sayuran, dan tanaman obat), penumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) hortikultura, serta memperkuat digitalisasi pertanian melalui pengembangan sistem informasi.

“Kampung buah adalah pengembangan komoditas buah-buah dalam wilayah administrasi terfokus dalam 1 desa. Luasannya minimal 10 hektare per desa. Buah yang kita kembangkan adalah buah yang cocok yang sesuai dengan agroekosistem di desa tersebut,” terangnya.

Pada 2021, kampung pisang akan dikembangkan di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tenggara (Aceh), Lampung Barat (Lampung), Cianjur dan Bogor (Jawa Barat), Grobogan (Jawa Tengah), dan Blitar (Jawa Timur) dengan luas keseluruhan 280 hektare.

Selanjutnya pengembangan kawasan pisang sebagai pendukung pengembangan pangan lokal di Minahasa (Sulawesi Utara), Bantaeng (Sulawesi Selatan), Mamuju Tengah (Sulawesi Barat), Halmahera Timur (Maluku Utara), serta Pulang Pisau dan Kapuas (Kalimantan Tengah).

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Bambang Sugiarto mengatakan produksi pisang di Indonesia pada 2020 sebesar 8.182.756 ton, meningkat 12,4 persen dari tahun sebelumnya.

Pisang merupakan komoditas unggulan ekspor Indonesia yang selalu didorong dalam kerjasama internasional, tambahnya, potensi tujuan ekspor pisang Indonesia adalah Jepang, Timur Tengah, Malaysia, Korea, Belanda, China, Australia, dan China.

Nilai ekpor pisang terbesar ke Jepang yaitu 1,348 juta dolar AS tahun 2020, namun share Indonesia di pasar Jepang hanya 0,16 persen.

"Kami mohon penelitian terkait permasalahan kenapa kita tidak mampu bersaing ke Jepang. Selain harga juga karena faktor lalat buah. Ini menjadi kendala dalam mengekspor pisang, padahal Jepang pasarnya sangat bagus,” katanya.

Untuk mendorong peningkatan ekspor pisang, Bambang berharap pengembangan 71 kawasan hortikultura pisang seluas 1.300 hektare diarahkan untuk tujuan ekspor.

"Pengembangan kawasan pisang tersebut harus didorong untuk menggunakan pestisida hayati agar bisa dikendalikan sejak awal sehingga tidak ada bahan kimia pada pisang dan bebas dari lalat buah," katanya.
 

Pewarta: Subagyo
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021