Jakarta (ANTARA) -
Khatib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyatakan Pancasila bukanlah ideologi yang thagut, namun Pancasila menggarisbawahi sendi-sendi Islam dalam konteks peradaban manusia.
 
Kiai Yahya mengatakan hal itu saat menjadi pembicara "Inspirasi Sahur: Islam dan Kebangsaan" yang diselenggarakan Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan, yang ditayangkan di akun resmi Youtube @bknp pdi perjuangan, Jakarta, Senin.
 
Pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibien Rembang itu mengatakan, bukan Islam yang menguatkan Pancasila, namun justru Pancasila yang telah menguatkan Islam.
 
"Sebab Pancasila merupakan terjemahan nilai-nilai utama Islam yang menemukan konteks," katanya dalam siaran pers-nya.

Baca juga: Stafsus Presiden tekankan pemahaman utuh pancasila oleh generasi muda

Baca juga: Kaderisasi Pancasila Tangkal Radikalisme di Kampus
 
Kiai Yahya melihat banyak orang yang mengecilkan Pancasila dan melabelinya thagut. Baginya, orang demikian adalah yang kurang belajar soal isi Islam dan makna Pancasila.
 
"Orang-orang yang bilang Pancasila 'thagut' itu, ini dia hanya mencari-cari alasan agar bisa memaksa orang lain kembali lagi ke format peradaban sebelum perang dunia pertama. Maka ini akan menjadi malapetaka yang luar biasa bagi peradaban umat manusia," tutur-nya.
 
Padahal, lanjut kemenakan Gus Mus ini, Pancasila merupakan terjemahan Islam untuk diterapkan peradaban dunia dalam konteks pascaperang dunia kedua. Dan isinya tidak ada yang bisa dipertentangkan.
 
"Bahkan menurut saya, Pancasila dengan persis sekali menggarisbawahi sendi-sendi Islam dalam konteks peradaban manusia seluruhnya. Misalnya, pembukaan UUD 1945, kemerdekaan hak segala bangsa. Ini adalah basis dari peradaban. Jadi Indonesia lahir sebagai penanda momentum sejarah memberi arah kemana bangsa ini berjuang," papar-nya.
 
Oleh karena itu, dirinya menekankan jika ingin Islam hadir secara membumi di dalam peradaban baru, maka orang Indonesia harus berbicara Pancasila.
 
"Pancasila adalah terjemahan yang terbaik tentang bagaimana Islam dibumikan ke dalam peradaban tata dunia baru yang lebih mulia," ujarnya menegaskan.

Baca juga: PA GMNI: Butuh revitalisasi hukum berdasarkan Pancasila dan Bhinneka

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021