Kendari (ANTARA News) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kendari tengah meneliti dugaan kandungan arsenik dan sianida dalam tubuh siput dan ikan yang menyebabkan keracunan warga di Kabupaten Buton dan Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra).

"Kami masih perlu waktu untuk memastikan kandungan arsen dan racun sianida di dalam tubuh siput penyebab keracunan di Buton dan Kota Baubau, sebab pengujiannya di laboratorium harus ekstra hati-hati dan teliti," kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kendari, Mohammad Guntur, di Kendari, Senin.

Menurut Guntur, berdasar hasil uji laboratorium, dalam tubuh siput yang dikonsumsi warga Kota Baubau dan Buton positif mengandung logam berat berupa Cu atau tembaga.

Meski demikian, ia tidak dapat memastikan, apakah warga keracunan karena logam berat tersebut atau bukan.

"Kami bisa memastikan penyebab keracunan itu bersumber dari siput, kalau semua makanan termasuk air minum yang dikonsumsi saat warga keracunan, diteliti di laboratorium," katanya.

Kasus keracunan setelah mengonsumsi ikan dan siput di wilayah Buton dan Kota Baubau, sudah meluas ke wilayah kabupaten lain di Sulawesi Tenggara (Sultra).

Musibah keracunan ini telah menelan empat korban tewas di Kabupaten Buton, Kabupaten Muna serta ratusan orang lainnya menjalani perawatan medis.

Pekan lalu dua warga dalam satu keluarga di Desa Lakapera, Kecamatan Gu, Buton meninggal dunia setelah mengonsumsi siput.

Pada Minggu (1/8) satu keluarga di Kelurahan Tampo, Kabupaten Muna, juga dilaporkan keracunan setelah mengonsumsi ikan.

Kasus keracunan setelah mengonsumsi ikan di Buton, awalnya menimpa warga Pulau Kadatua. Belakangan, kasus tersebut meluas hingga ke sejumlah kecamatan di Buton termasuk Kota Baubau.

Warga yang tinggal di sejumlah pulau kecil di Buton seperti Batu Atas, Siompu dan Kadatua, dalam sebulan terakhir tidak lagi mengonsumsi karena takut keracunan.
(T.ANT-227/S022/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010