Jakarta (ANTARA) - Emiten perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) membukukan laba bersih senilai Rp178,23 miliar pada kuartal I 2021 dari rugi bersih sebesar Rp338,79 miliar di periode yang sama pada 2020.

Direktur Keuangan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk Hartono Jap mengatakan, SSMS berhasil memulihkan kinerja keuangan di masa pandemi lantaran sepanjang Januari-Maret 2021 mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 18,57 persen atau menjadi Rp1,08 triliun dari Rp918 miliar pada kuartal I 2020 lalu.

"Pendorong laba bersih kami dipicu peningkatan harga CPO global dan kuantitas penjualan CPO perseroan kepada konsumen," ujar Hartono melalui keterangan di Jakarta, Senin.

Beban pokok penjualan SSMS naik menjadi Rp594 miliar dari Rp483 miliar. Kendati demikian, Hartono menyampaikan laba bruto SSMS meningkat 13,59 persen, menjadi Rp493 miliar dari Rp 434 miliar. Aset SSMS sepanjang tiga bulan pertama tahun ini juga naik 7,9 persen menjadi Rp12,92 triliun dari Rp12,77 triliun pada Desember 2020.

Baca juga: Industri sawit dukung perlindungan buruh perempuan dan anak

"Untuk laba bersih di 2021 kami targetkan naik empat kali lipat dari laba bersih tahun 2020 sebesar Rp576,63 miliar," ujar Hartono

Hartono menyampaikan perseroan optimistis kinerja operasional dan keuangan tahun ini bisa meningkat kendati COVID-19 masih mewabah.

SSMS telah mengimplementasikan beragam strategi terpadu untuk tetap meraih hasil terbaik antara lain pemupukan dan perawatan tanaman terukur serta mekanisasi perkebunan menggunakan sistem teknologi informasi termutakhir untuk menjaga kualitas lahan dan kemampuan produksi mengantisipasi momentum peningkatan harga CPO di masa pandemi.

Harga minyak kelapa sawit mentah atau CPO berhasil mencatatkan kenaikan di atas 7 persen di sepanjang April 2021. Rata-rata harga CPO pada 2021 diproyeksikan naik menjadi 3.000 ringgit per ton dari sebelumnya 2.600 ringgit per ton. Sementara itu, target harga CPO pada 2022 juga ditingkatkan 17 persen ke level 3.050 ringgit per ton.

Baca juga: Industri sawit komitmen berkontribusi sosial di tengah pandemi

Harga CPO jika merujuk data bursa derivatif Malaysia pada Jumat (7/5) lalu menembus 4.425 ringgit per ton untuk kontrak pengiriman Juli 2021. Harga CPO sejak awal tahun hingga 7 Mei 2021 (year to date) melonjak sebesar 22,92 persen dari 3.600 ringgit per ton di akhir Desember 2020.

Untuk menangkap peluang bisnis di tengah tren harga CPO, Hartono menyebutkan SSMS menargetkan CPO pada 2021 ini sebanyak 520 ribu ton atau berpotensi meningkat 10-15 persen dari produksi 2020.

Ia menambahkan, untuk menyokong kinerja keuangan di tahun ini, perseroan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp550 miliar yang bersumber dari kas internal. Capex akan digunakan untuk pembangunan dan perawatan infrastruktur, yakni jalan di areal perkebunan dan memutakhirkan sistem teknologi informasi (TI).

"Untuk sistem TI, kami sudah menerapkan digitalisasi perkebunan yang mudah diakses gawai dan terintegrasi dengan sistem ERP (enterprise resource planning). Penerapan digitalisasi ini sejalan dengan program pengembangan kualitas SDM untuk menyongsong revolusi industri 4.0 di industri perkebunan dan masa pandemi ini," ujar Hartono.

Untuk itu, lanjutnya, SSMS sudah mempersiapkan pelaksanaan program peningkatan keterampilan (up-skilling) atau pembaruan keterampilan (reskilling) para karyawannya berdasarkan kebutuhan kerja.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021