bagaimana kita bisa memperbanyak BSL 2 ini
Jakarta (ANTARA) - Task Force Riset dan Inovasi Teknologi COVID-19 (TFRIC-19) menciptakan berbagai inovasi untuk penanganan COVID-19 antara lain Mobile Laboratorium Biosafety Level 2 (BSL-2) dan alat tes cepat deteksi COVID-19 atau RI-GHA COVID-19.

TFRIC-19 yang dibentuk Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga menghasilkan emergency ventilator yang sudah digunakan di tengah masyarakat untuk menangani pandemi COVID-19.

"Mobile BSL-2 ini adalah BSL yang bisa berpindah-pindah tempat Karena pada saat itu kita ketahui bahwa untuk menghasilkan hasil dari PCR cukup lama ya karena harus bertumpuk di provinsi sehingga kesulitan mereka untuk melakukannya dengan cepat, nah salah satu inovasi BPPT adalah bagaimana kita bisa memperbanyak BSL 2 ini dan bergerak sehingga bisa diarahkan kepada daerah-daerah yang memerlukan," kata Direktur Pusat Teknologi Kawasan Spesifik dan Sistem Inovasi BPPT Iwan Sudrajat dalam Webinar "Ekosistem Inovasi Teknologi Penanganan COVID-19: Peta dan Upaya Penguatannya", Jakarta, Rabu.

Sejak Maret 2020 BPPT telah mengembangkan inovasi Mobile Lab BSL-2 dalam varian kontainer, trailer dan bus yang dapat dipindah-operasikan ke berbagai daerah.

Laboratorium mobil tersebut berfungsi untuk melakukan pengujian PCR untuk mendeteksi COVID-19 di berbagai daerah. Metode PCR paling akurat untuk mendeteksi COVID-19, dan pengujian harus dilakukan di laboratorium yang memenuhi kriteria minimal BSL-2.

Baca juga: BRIN fokus pengembangan vaksin dan alat deteksi COVID-19
Baca juga: Presiden Joko Widodo dukung penelitian COVID-19


Iwan menuturkan, laboratorium itu telah memenuhi standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) seperti memiliki biosafety cabinet level II untuk mencegah virus menginfeksi penguji, ruang utama bertekanan negatif untuk mencegah virus keluar ke lingkungan, memiliki autoclave atau alat pemusnah limbah sehingga limbah virus dapat langsung dimusnahkan, pemantauan suhu, tekanan, kelembapan, limbah, CCTV secara otomatis 24 jam sehingga menjamin keamanan lingkungan laboratorium.

Laboratorium mobil tersebut juga sudah memenuhi standar laboratorium pengujian yakni memiliki alur pengujian satu arah untuk mencegah kontaminan saat proses pengujian, sistem pencatatan sampel dan pelaporan hasil yang terintegrasi untuk mencegah kesalahan pelaporan, serta memiliki sertifikasi terkait Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang laboratorium klinik.

Laboratorium yang mudah dipindahtempatkan tersebut juga dilengkapi dengan aplikasi Pantau COVID-19.

Baca juga: Riset: 1 dari 3 penyintas COVID mengalami gangguan mental atau saraf
Baca juga: Riset: Sel T dari infeksi COVID-19 merespons varian baru corona


Sementara alat deteksi COVID-19 RI-GHA COVID-19 dikembangkan oleh beberapa lembaga yang tergabung dalam TFRIC-19.

RI-GHA COVID-19 berfungsi untuk mendeteksi antibodi IgG/IgM COVID-19, memiliki sensitivitas IgM 96,8 persen dan IgG 74 persen, memiliki spesifisitas IgM 98 persen dan IgG 100 persen, dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan.

RI-GHA COVID-19 dibanderol seharga Rp75 ribu per satuan, sementara industri yang memproduksi alat itu yakni PT Hepatika Mataram dan PT Prodia Diagnostic Line dengan kapasitas produksi 200 ribu kit per bulan.

TFRIC-19 juga mengembangkan emergency ventilator dan sudah diproduksi oleh PT LEN, PT Dharma dan PT Polyjaya.

Emergency ventilator merupakan alat bantu pernapasan untuk pasien COVID-19 yang bisa digunakan dalam perjalanan maupun di rumah sakit.

TFRIC-19 melanjutkan pengembangan inovasi dan teknologi yang bermanfaat bagi penanganan pandemi COVID-19 di tahun 2021.

Baca juga: Menristek: Indonesia terus upayakan kurangi impor alat kesehatan
Baca juga: Menristek: GeNose mampu lakukan 100 ribu tes untuk skrining COVID-19

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021