Kerja sama ini merupakan contoh nyata link and match antara unit pendidikan dengan industri dalam bentuk pengembangan teaching factory
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Arus Gunawan mengatakan kolaborasi perakitan GeNoSe C19 yang terjalin antara Sekolah Menengah Kejuruan - Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMK-SMTI) (SMK-SMTI) Yogyakarta dan konsorsium pengembang GeNoSe C19 membuktikan program link and match antara sekolah dan industri berjalan baik.

“Kerja sama ini merupakan contoh nyata link and match antara unit pendidikan dengan industri dalam bentuk pengembangan teaching factory,” kata Arus lewat keterangannya diterima di Jakarta, Rabu.

Ia menyampaikan link and match dengan konsorsium pengembang GeNoSe C19 berawal dari hubungan baik antara sekolah-sekolah Kemenperin dan industri yang sudah terjalin sejak lama.

"Hal itu berkat penyelenggaraan program vokasi yang merupakan hasil kolaborasi langsung dengan industri," jelas Arus.

Baca juga: Cegah COVID-19, sekolah Kemenperin rakit 5.000 unit GeNoSe

Adapun kolaborasi yang dimaksud meliputi proses penyusunan kurikulum, rekruitmen, implementasi pendidikan sistem ganda, serta kolaborasi dalam transformasi teknologi Industri 4.0, termasuk di dalamnya penerapan kurikulum Industri 4.0 yang sudah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perindustrian Nomor: 1532 Tahun 2019 tentang Kurikulum Industri 4.0 pada Pendidikan Vokasi Industri di Lingkungan Kemenperin.

"Dengan adanya link and match antara sekolah vokasi dan industri, peran industri dalam penyusunan kurikulum, penyediaan tempat praktik kerja industri (prakerin), penyerapan lulusan dapat semakin optimal," tuturnya.

Menurut Arus, sejak 2017 BPSDMI Kemenperin telah memfasilitasi program pendidikan vokasi yang link and match antara 2.615 SMK dengan 856 Industri di seluruh Indonesia.

Kepala Sekolah SMK -SMTI Yogyakarta Rr Ening Kaekasiwi menambahkan kolaborasi perakitan GeNoSe 19 tersebut melibatkan 60 orang siswa-siswi yang terbagi dalam dua jam kerja. Dalam satu jam kerja terdiri dari 30 orang.

Baca juga: Kemristek dukung peningkatan produksi GeNose untuk kebutuhan Indonesia

“Mereka dilatih bekerja selama tiga hingga empat jam dalam sehari dalam satu shift, selama lima hari dalam seminggu dengan diawasi oleh PT Steqhoq Robotika Indonesia Bersama dan guru-guru dari SMK SMTI Yogyakarta," jelasnya.

Ening mengatakan dalam memilih siswa yang dilibatkan dalam perakitan GeNoSe C19, pihak sekolah bersama konsorsium sangat selektif. Awalnya, dibuka lowongan magang, kemudian guru dari jurusan Kimia Industri menyeleksi siswa-siswi tersebut berdasarkan soft skill dan nilai akademik.

Selanjutnya siswa yang terpilih wajib mengikuti pelatihan selama dua hari, antara lain tentang Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB ) dan pelatihan perakitan GeNose C19 dari PT Stechoq Robotika Indonesia.

“Sebelum memasuki ruangan pelatihan, terlebih dahulu dilakukan screening COVID-19 menggunakan GeNose C19 kepada siswa, operatornya dari PT Swayasa. Apabila hasil dari screening selama pelatihan dua hari negatif COVID-19, maka siswa siap untuk merakit GeNose C19,” ujarnya.

Baca juga: Produksi alat GeNose C19 perlu ditingkatkan secara massal

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021