Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Firman Noor mengatakan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap 20 Mei seharusnya dimaknai dengan hari kebangkitan intelektual di Tanah Air.

"Ini kan terkait dengan Boedi Oetomo atau gerakan intelektual, maka bagi saya Hari Kebangkitan Nasional ini seharusnya Hari Kebangkitan Intelektual," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional, lulusan University of Exeter tersebut mengatakan intelektualisme yang baik sebetulnya tidak mudah disetir oleh kekuasaan.

Dengan demikian, maka para intelektual di Tanah Air akan menjadi corong bagi masyarakat termasuk dalam hal menyelesaikan berbagai masalah dengan lebih baik.

Baca juga: Harkitnas, Wali Kota Kediri ajak diaspora ikut bangkitkan UMKM
Baca juga: DPR: Harkitnas momentum bangun optimisme bangsa Indonesia
Baca juga: Harkitnas, BPPT kembangkan inovasi COVID-19 di bidang kesehatan-pangan


Secara umum ia berpandangan peringatan Hari Kebangkitan Nasional hendaknya juga dimaknai dengan peningkatan harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Peringatan setiap tahun hendaknya tidak dimaknai sebagai seremoni belaka. Namun, jauh dari itu bangsa Indonesia secara bersama harus menjadikan situasi yang lebih baik.

Perubahan yang lebih baik itu terutama dalam hal kemajuan intelektual di Indonesia. Sehingga bisa memberikan sumbangsih dalam pembangunan bangsa dan negara.

Adapun Hari Kebangkitan Nasional diperingati dengan mengacu pada hari berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Organisasi ini didirikan oleh Dr Soetomo dan bergerak di bidang sosial ekonomi dan kebudayaan.

Budi Utomo juga menjadi pelopor perjuangan kemerdekaan dengan memanfaatkan kekuatan pemikiran. Organisasi ini juga mendorong terbentuknya beberapa organisasi perjuangan lainnya.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021