Dengan biaya yang mahal, gas bumi agak sulit untuk penggunaan rumah tangga di desa yang jarak rumahnya cukup jauh.
Jakarta (ANTARA) - Penggunaan gas bumi untuk keperluan sehari-hari bagi masyarakat, baik di perkotaan maupun di perdesaan, dinilai lebih murah dibanding liquified petroleum gas (LPG) karena biaya yang lebih rendah dan pemakaian yang lebih aman.

"Energi yang digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari seperti memasak bagi rumah tangga saat ini seperti LPG, listrik, dan gas bumi sebenarnya memiliki karakteristik masing-masing. Namun, jika dibandingkan harga gas bumi masih jauh lebih murah," kata Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan bahwa penggunaan gas bumi akan jauh lebih murah daripada LPG nonsubsidi. Demikian pula, jika menggunakan kompor listrik, pengguna harus mengeluarkan biaya untuk membeli peralatan masak yang sesuai dengan karakter untuk kompor listrik.

Baca juga: Pertamina EP jamin pasokan gas aman

Dari sisi keamanan, menurut dia, gas bumi lebih baik karena dengan pemasangan yang menggunakan pipa kemungkinan terjadinya bocor sangat kecil.

"Tinggal pakai pipa disalurkan. Jadi, jauh lebih aman dibandingkan LPG yang kemungkinan terjadi kebocoran. Kalau gas alam meski ada kebocoran, tidak terlalu menimbulkan ledakan karena tekanannya tidak besar," ujarnya.

Sebelum gas didistribusikan ke pengguna akhir, gas bumi akan diberi pembau dengan aroma yang khas dengan menambahkan thiol agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas.

Selain itu, berat jenis gas bumi lebih ringan dari udara sehingga cenderung terbang ke atas bila terlepas ke udara terbuka.

Bila terjadi kebocoran, gas bumi tidak mengendap di bagian bawah ruangan tertutup. Jika gas mengendap di bagian bawah ruangan, dapat membahayakan bila ada percikan api.

Sebagai bahan bakar untuk rumah tangga, gas bumi disalurkan dengan tekanan sangat rendah, di bawah 100 milibar (mbar).

Gas bumi juga memiliki karakter yang ramah lingkungan dengan mengurangi emisi karbondioksida dari hasil pembakaran.

Baca juga: PGN targetkan 600 pelanggan gas rumah tangga

Sementara itu, pengamat energi Sofyano Zakaria mengatakan bahwa gas bumi di balik harganya yang murah juga memiliki kelemahan karena membutuhkan pembangunan infrastruktur jaringan gas (jargas) yang tidak murah.

"Sebetulnya, kalau bicara yang lebih murah, ya, gas bumi. Akan tetapi, membangun infrastrukturnya cukup mahal," kata Sofyano.

Dengan biaya yang mahal, gas bumi agak sulit untuk penggunaan rumah tangga di desa yang jarak rumahnya cukup jauh. Sebaliknya, di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan kota besar lainnya seharusnya sudah memanfaatkan gas bumi.

"Di Jakarta, misalnya di kampung-kampung padat penduduk, seharusnya enggak masalah dan bisa dibangun pipanya. Jadi, masalah dari gas bumi hanya infrastrukturnya saja," ujarnya.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021