Kita menyadari pentingnya kolaborasi di tingkat global, khususnya di antara negara-negara ASEAN
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi regional di Asia Tenggara dalam melakukan peningkatan konservasi lingkungan.

"Di tingkat regional, khususnya di ASEAN, kita bisa membangun platform kolaborasi untuk memfasilitasi berbagi ilmu dan pembelajaran di antara para pakar, pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya," kata Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso dalam diskusi virtual Singapore Dialogue on Sustainable World Resources, dipantau dari Jakarta, Selasa.

"Kita menyadari pentingnya kolaborasi di tingkat global, khususnya di antara negara-negara ASEAN, untuk meningkatkan konservasi dan restorasi," tambahnya.

Baca juga: APRI-Bappenas dan UNDP berikan dukungan konservasi rajungan

Suharso berharap dengan adanya platform tersebut dapat meningkatkan pengertian para pengambil kebijakan untuk meningkatkan konservasi dan restorasi di wilayah masing-masing.

Di tengah upaya pemulihan menghadapi pandemi COVID-19, Suharso menekankan pentingnya untuk melakukan pemulihan ekonomi yang mendorong semakin cepatnya transisi menuju ekonomi hijau atau green economy yang lebih ramah lingkungan.

Baca juga: Bappenas luncurkan dua laporan untuk tingkatkan kualitas tenaga kerja

Secara khusus, saat pandemi COVID-19 terjadi Indonesia terus mendorong manajemen kehutanan dalam skema program pemulihan ekonomi nasional, dengan mendorong padat karya di berbagai area target.

Dalam program pemulihan nasional, Indonesia juga terus melanjutkan rehabilitasi mangrove atau bakau dan restorasi gambut khususnya dengan koordinasi yang dilakukan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).

Baca juga: BRIN: Penelitian bidang konservasi tumbuhan terus ditingkatkan

Semua langkah itu perlu dilakukan, ujar Suharso, karena saat pandemi COVID-19 masih berlangsung masih terjadi juga bencana alam yang bersangkutan dengan perubahan iklim seperti adanya cuaca ekstrem seperti Badai Seroja yang terjadi di Indonesia baru-baru ini.

"Respons segera pemerintah dengan memasukkan pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim sebagai salah satu agenda prioritas nasional untuk mengatasi krisis iklim," tegasnya.

Baca juga: Pemda diminta serius tangani konservasi laut

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021