Brasilia (ANTARA) - Presiden Brazil Jair Bolsonaro mengunjungi dua kawasan adat yang dilindungi di Amazon pada Kamis (27/5) untuk pertama kalinya sebagai kepala negara, meskipun ada protes dari beberapa pemimpin suku yang menentang upayanya untuk membuka tanah lindung mereka untuk penambangan komersial.

Bolsonaro, diapit oleh perwira militer dan mengenakan penutup kepala bulu, menyaksikan anggota komunitas Tukano setempat melakukan tarian ritual di kawasan lindung Balaio, di mana ia meresmikan sebuah jembatan.

Pemimpin adat daerah dari hulu sungai Rio Negro mengatakan mereka tidak diundang untuk melihat Bolsonaro dan bahwa dia hanya bertemu dengan kepala suku yang tidak mewakili dalam kesempatan berfoto untuk kampanye pemilihannya kembali tahun depan.

"Lembaga kami berusia tiga dekade tetapi kami tidak dimasukkan dalam agenda presiden atau dialog apa pun tentang kebijakan publik di kawasan itu," kata Federasi Organisasi Adat Rio Negro dalam sebuah pernyataan. "Dia bertemu dengan para pemimpin yang memproklamirkan diri untuk menghasilkan berita palsu."

Kantor presiden tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Jembatan kayu yang diresmikan Bolsonaro dibangun oleh tentara Brazil di jalan yang menuju perbatasan dengan Venezuela, melewati kawasan lindung Balaio, di mana cadangan utama niobium telah ditemukan.

Logam ini digunakan untuk membuat baja ringan untuk mesin jet dan aplikasi khusus lainnya. Bolsonaro secara teratur menyebutkan nilainya dalam pidato tentang kekayaan Amazon yang belum dimanfaatkan yang harus dieksploitasi Brazil.

Kawasan lindung Balaio berada di atas Rio Negro di ujung barat laut Brazil yang berbatasan dengan Kolombia dan Venezuela.

Bolsonaro kemudian mengunjungi dan bermalam di pos perbatasan militer di Maturac, yang terletak di ujung barat kawasan lindung Yanomami, yang terbesar di Brazil.

Baca juga: Hakim Brazil: Mantan menkes bisa bungkam saat penyelidikan kasus COVID

Baca juga: Presiden Bolsonaro: AS akan segera kirim vaksin ke Brazil



Bagian timur kawasan lindung itu di negara bagian Roraima telah diserang oleh lebih dari 20.000 penambang emas ilegal, yang telah disemangati oleh dukungan Bolsonaro untuk legalisasi penambangan liar di Brazil.

Para pemimpin Yanomami menyesalkan kunjungan presiden sayap kanan ke kawasan lindung mereka dan mengulangi seruan mereka kepada pihak berwenang untuk mengusir para penambang.

"Pemerintah harus segera menyingkirkan penjajah dari wilayah kami untuk menjaga kesehatan kami dan Ibu Pertiwi," kata mereka dalam sepucuk surat kepada Bolsonaro.

"Kami tidak menerima legalisasi kegiatan penambangan di tanah kami, karena itu tidak akan membawa keuntungan bagi Yanomami," kata surat yang ditandatangani oleh para pemimpin dari Maturac.

Kunjungan Bolsonaro terjadi sehari setelah penambang emas yang secara ilegal mencari di tanah adat di sepanjang sungai Tapajos di Amazon menembak ke desa Munduruku dan membakar rumah salah satu pemimpinnya.

Majelis rendah Kongres Brazil, di mana pendukung Bolsonaro memiliki mayoritas, saat ini sedang mempertimbangkan undang-undang yang diusulkan oleh pemerintah yang akan membuka pintu bagi pertambangan komersial dan pertanian pada kawasan adat yang dilindungi.

Sumber: Reuters


Baca juga: Penyintas: Perjuangan Myanmar harus berlanjut untuk jiwa yang gugur

Baca juga: Menlu AS: Amerika dan India bersatu atasi COVID-19

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021