Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Subandi Sardjoko mengatakan pengembangan geopark berkontribusi mendukung pencapaian pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) dan peningkatan ekonomi masyarakat.

"Banyak sekali yang bisa dikembangkan dari Geopark tapi kalau dia sudah bisa menjadi destinasi wisata baru dan bahkan bisa menumbuhkan ekonomi masyarakat yang pertama tujuannya adalah di SDGs yakni mengurangi kemiskinan," kata Subandi dalam Seminar Nasional "Geodiversitas Membangun Bangsa" yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Geopark atau taman bumi melingkupi keberagaman geologi atau geodiversitas, keanekaragaman hayati, dan keragaman budaya. Warisan geologi, keanekaragaman hayati dan keragaman budaya harus dikelola terutama untuk keperluan konservasi, edukasi terutama riset geologi atau kebumian, dan pembangunan ekonomi masyarakat.

Subandi menuturkan pengembangan geopark setidaknya berkontribusi terhadap 11 dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan, diantaranya meningkatkan ekonomi lokal berkelanjutan melalui pembangunan pariwisata geowisata yang menciptakan lapangan kerja sekaligus mempromosikan budaya dan produk lokal, menjamin pelestarian ekosistem daratan dan pegunungan termasuk keanekaragaman hayati untuk meningkatkan kapasitasnya memberikan manfaat yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan.

Baca juga: Tim SAR selamatkan 11 wisatawan yang terjebak air laut pasang

Baca juga: Sekda Bogor ingatkan kembali upaya kembangkan Geopark Pongkor


Kemudian, mengelola dan melindungi ekosistem laut dan pesisir, meningkatkan keuntungan ekonomi dan sumber daya kelautan, mendidik masyarakat lokal dan pengunjung untuk menerapkan pengetahuan pembangunan dan gaya hidup berkelanjutan, menghargai keragaman dan perdamaian.

Salah satunya, Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, yang bertujuan untuk menjaga warisan geologi dan bentang alam mulai dari Karangsambung sampai Karangbolong. Geopark itu meliputi kawasan seluas 543,599 kilometer persegi yang mencakup 12 kecamatan dengan 117 desa.

Subandi menuturkan keberadaan geopark bisa memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat sehingga masyarakat juga bisa mengkonservasi kekayaan geologi, hayati dan budaya yang dimiliki untuk meningkatkan kemampuan ekonomi yang merupakan salah satu dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, pengembangan geopark menjadi salah satu strategi mempercepat pemulihan ekonomi dan reformasi sosial karena peluang investasi berbagai sektor, diantaranya sektor jasa wisata, hiburan dan rekreasi, sektor industri kreatif, sektor hotel dan restoran, sektor jasa transportasi, sektor jasa pendidikan, dan sektor makanan dan minuman. Sektor-sektor tersebut akan tumbuh, dan mendorong peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Sebagai pusat edukasi dan riset, ribuan mahasiswa datang ke Kebumen untuk riset geologi. Apalagi saat ini sedang dibangun kawasan geodiversitas Karangsambung. Itu tentunya menjadi peluang untuk lebih memperkenalkan Kebumen, mengembangkan pariwisata Kebumen dan untuk meningkatkan ekonomi Kebumen.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pengembangan Taman Bumi (Geopark), geopark atau taman bumi merupakan sebuah wilayah geografis tunggal atau gabungan yang memiliki situs warisan geologi (geosite) dan bentang alam yang bernilai, terkait aspek warisan geologi (geoheritage), keragaman geologi (geodiversity).

Kemudian, keanekaragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity), serta dikelola untuk keperluan konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan dengan keterlibatan aktif dari masyarakat dan pemerintah daerah, sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap bumi dan lingkungan sekitarnya.*

Baca juga: Waketum Kadin Indonesia: Geopark Belitong barometer KEK Pulau Bangka

Baca juga: Geopark Ciletuh akan dilengkapi pembangkit listrik tenaga angin

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021