Sampah memiliki value (nilai) ekonomi jika dikelola dengan baik
Jakarta (ANTARA) - Berbagai perusahaan swasta di Indonesia dinilai perlu lebih proaktif dalam memanfaatkan potensi ekonomi dari berbagai jenis sampah yang dihasilkan masyarakat, karena diperkirakan produksi sampah di Tanah Air mencapai sekitar 67,8 juta ton/tahun.

"Sampah memiliki value (nilai) ekonomi jika dikelola dengan baik," kata Kepala Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Rita Ningsih, dalam webinar Katadata bertema "Sampahmu Rezekiku" di Jakarta, Selasa.

Menurut Rita, pengelolaan sampah di DKI Jakarta untuk nilai ekonomis adalah dengan bank sampah. Bank sampah adalah sarana yang bisa digunakan masyarakat untuk membawa sampah yang sudah dipilah bernilai ekonomi.

Ia memaparkan, dari empat jenis sampah, ada dua jenis yang memiliki nilai ekonomi di mana sampah organik bisa dibawa ke bank sampah. Untuk yang mudah terurai bisa dijadikan menjadi kompos.

Tanpa disadari banyak orang, sampah memiliki potensi ekonomis dan dapat menciptakan peluang lapangan pekerjaan baru melalui 6R yaitu Rethink (memikirkan kembali), Refuse (menolak), Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang), dan Repair (memperbaiki).

Salah satu perusahaan swasta yang menyadari hal tersebut adalah Garnier Indonesia, yang bergerak di bidang industri kosmetika dan perawatan tubuh.

"Tahun 2020 kami mencanangkan green beauty campaign. Kami mulai dari kemasan dululah karena memang apa yang diterima konsumen itu langsung produk dalam bentuk kemasan. Seiring perkembangan bisnis, pasti semakin banyak produk dan kemasan yang dihasilkan," kata Manajer Produk Senior Garnier Indonesia, Diana Beauty dalam webinar tersebut.

Baca juga: DKI Jakarta dorong komitmen pengelolaan sampah demi perkuat ekonomi
Baca juga: Hari peduli sampah momen kolaborasi menuju Indonesia Bersih 2025


Menurut Diana, cara Garnier mengurangi sampah plastik yaitu membuang lapisan biru plastik pakai pada produk masker dan membuang plastik segel.

Dengan dua cara itu, Garnier disebut telah menghemat hingga sebesar 32 ton sampah plastik pada tahun 2019.

Untuk tahun 2021, Garnier meluncurkan produk 100 persen kemasan daur ulang pada sejumlah produk tertentu. Ke depannya, Garnier akan mendatangkan lebih banyak lagi produk yang lebih eco friendly, yaitu kemasan yang dapat didaur ulang dan tidak berbasis hewan.

"Kita punya komitmen yang serius dan sampai 2025, kita tidak akan menggunakan virgin plastic. Sama sekali zero virgin plastic. Di Eropa, Garnier sudah meluncurkan produk shampoo bars yang kemasannya menggunakan kertas," ujarnya.

Terkait daur ulang, Garnier memiliki aplikasi recycle atau daur ulang yaitu pelayanan penjemputan sampah untuk masyarakat di Jabodetabek.

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Pemulung Indonesia, Pris Polly Lengkong mengatakan sampah yang diambil pemulung di wilayah DKI Jakarta dan dibuang ke TPST Bantargebang ada rezekinya karena antara lain bisa dikelola untuk daur ulang dan pupuk organik.

"Kami juga ada aplikasi Greeny yaitu pengelolaan sampah berbasis digital. Saya anggap pemulung ke depan bagian dari pahlawan lingkungan. Jadi perlu ada sumber daya manusia untuk masuk ke era digital," kata Pris.
Baca juga: Menciptakan mata rantai ekonomi dari pengelolaan sampah
Baca juga: Dubes RI untuk Inggris ajak masyarakat terapkan ekonomi sirkular

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021