Indonesia masih saja terikat dengan cara-cara yang lama padahal kita menghadapi tantangan yang baru.
Jakarta (ANTARA) - Kode tata perilaku (Code of Conduct/CoC) Laut China Selatan merupakan bagian dari pengelolaan atau manajemen peredaan perselisihan di Laut China Selatan dan bukan solusi utama untuk menyelesaikan masalah di laut yang disengketakan tersebut.

Hal tersebut diungkapkan Peneliti Senior di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Evan Laksmana dalam diskusi virtual "Penilaian Ancaman Kebijakan Tiongkok atas Laut China Selatan", Jakarta, Rabu.

Evan Laksmana mengatakan Kode tata perilaku Laut China Selatan berfungsi untuk mengatur perilaku di kawasan sengketa tersebut.

Baca juga: Filipina protes kehadiran kapal China "yang mengancam" di LCS
Baca juga: Militer China latihan di LCS peringati 20 tahun kematian pilot


Dalam mengelola ketegangan di Laut China Selatan, kata Evan, Indonesia harus menjalin hubungan yang lebih luas lagi dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand.

Karena dengan bisa menyamakan posisi dengan sudut pandang dengan negara-negara tetangga maka akan menguntungkan pemerintah Indonesia, kata dia.

"Indonesia masih saja terikat dengan cara-cara yang lama padahal kita menghadapi tantangan yang baru. Indonesia masih saja bergelut dengan antara memberikan
respons yang cepat terhadap apa yang tejadi di Laut China Selatan dengan keinginan untuk merangkul negara-negara yang ada di sekitar kawasan Laut China Selatan," ujar Evan.

Terkait pembahasan CoC yang kemajuannya sangat lambat, Evan menegaskan bahwa menghasilkan kode tata perilaku  Laut China Selatan yang lebih baik dan berkualitas lebih penting daripada memenuhi target waktu tertentu.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, mengatakan ASEAN dan China harus segera melanjutkan pembahasan CoC yang kemajuannya terbilang lambat saat ini. Menlu juga menyatakan kesiapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah bagi pertemuan negosiasi CoC di Jakarta dalam waktu dekat.

“Indonesia juga mendorong agar semua pihak terus mematuhi pelaksanaan Declaration of Conduct (DoC), termasuk menahan diri,” ujarnya.

Menlu mengatakan kemampuan semua pihak untuk mengelola LCS akan menjadi ujian bagi hubungan ASEAN dan China.

Kemampuan tersebut pun juga dapat memperkuat kemitraan kedua pihak yang setara, saling menguntungkan, dan sangat diperlukan bagi perdamaian dan stabilitas global, tambahnya.

Baca juga: Presiden Duterte tegaskan tak akan tarik kapal-kapal Filipina dari LCS
Baca juga: China sebut kapal perang AS secara ilegal masuki wilayahnya di LCS

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021